Santri Penghafal Al-Qur'an Tutup Telinga Tak Ingin Dengar Musik, Putri Gus Dur: Jangan Gampang Cap Radikal

- 14 September 2021, 22:37 WIB
Yenny Wahid mengingatkan agar tak mudah melabeli orang dengan cap radikal, gara-gara Diaz Hendropriyono menyebut santri penghafal Al-Qur'an yang tak mau mendengarkan musik telah mendapat pendidikan yang salah.
Yenny Wahid mengingatkan agar tak mudah melabeli orang dengan cap radikal, gara-gara Diaz Hendropriyono menyebut santri penghafal Al-Qur'an yang tak mau mendengarkan musik telah mendapat pendidikan yang salah. /Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya/

"Banyak yang mengkritik mereka, bahkan mengatakan mereka radikal. Ada 2 catatan saya," kata Yenny.

Pertama, kata Yenny, ia senang para guru dari santri-santri ini mengatur agar mereka divaksinasi. Dengan divaksin, mereka bukan saja melindungi dirinya tetapi juga orang-orang di sekelilingnya dari ancaman Covid-19.

Kedua, lanjutnya, menghafal Al-Qur'an bukan pekerjaan yang mudah.

"Kawan baik saya, Gus Fatir dari pesantren @ponpespi_alkenaniyah belajar menghafal AlQuran sejak usia 5 th. Beliau mengatakan bahwa memang dibutuhkan suasana tenang dan hening agar lebih bisa berkonsentrasi dalam upaya menghafal Quran," tutur Yenny.

Baca Juga: Muhammadiyah Sayangkan Hendropriyono yang Sebut Israel-Palestina Bukan Urusan Kita: Tidak Cerminkan Negarawan

Unggahan Yenny Wahid putri Gus Dur, mengingatkan agar jangan mudah melabeli orang dengan radikal hanya karena santri penghafal Al-Qur'an menutup telinga tak ingin mendengar suara musik seperti unggahan Instagram Diaz Hendropriyono.
Unggahan Yenny Wahid putri Gus Dur, mengingatkan agar jangan mudah melabeli orang dengan radikal hanya karena santri penghafal Al-Qur'an menutup telinga tak ingin mendengar suara musik seperti unggahan Instagram Diaz Hendropriyono.

Jadi, jelas Yenny, jika anak-anak santri ini oleh gurunya diprioritaskan untuk fokus pada penghafalan Al-Qur'an dan diminta untuk tidak mendengar musik, itu bukanlah indikator bahwa mereka radikal.

"Yuk kita lebih proporsional dalam menilai orang lain. Janganlah kita dengan gampang memberi cap seseorang itu radikal, seseorang itu kafir dll," tandasnya.

Menurut Yenny, menyematkan label pada orang lain hanya akan membuat masyarakat terbelah.

"Mari kita belajar untuk lebih saling mengerti satu sama lain, dan itu bisa dimulai dengan memahami dan menerima bahwa nilai yang kita anut tidak perlu sama untuk bisa tetap bersatu sebagai bangsa Indonesia," ujar Yenny.

Halaman:

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini

x