"Beliau itu sahabat nya Pak Ibu Sutowo Dia yang membuat lambang Pertamina dua Kuda , dan dia juga yang menguasai semua pengapalan minyak Permina (sebelum jadi Pertamina)," tambah Peter Gontha.
Peter Gontha menjelaskan, Tong Djoe adalah boss terkaya di Singapura ketika itu, melalui perusahaan miliknya, Tunas Pte Limited.
Tong Djoe, lanjut Peter Gontha, ternyata banyak menjanjikan dan mempunyai perjanjian, dengan beberapa pihak.
Setelah meninggal pada Februari 2021, uang berlimpah yang ditinggalkan Tong Djoe di Bank di Singapura, banyak pihak yang menuntut dan ingin menguasai uang itu dengan memakai jalur (kekuatan) hukum.
"Banyak orang dimana mana, di Jakarta, di Medan, Palembang, di Singapore dll. Maka terjadilah janji janji kepada orang tertentu untuk melalui Hukum mencoba menguasai dana di Singapore tsb," papar Peter Gontha.
Baca Juga: Kasus Sumbangan Bodong Rp2 Triliun Anak Akidi Tio, Politisi Partai Demokrat: Satu Negara Kena Prank
"Tapi Singapore bukan Negara sembarangan, mana bisa begitu saja uang itu dilepas. Yah Namanya juga Usahe'," tambah pria yang mendirikan grup Bimantara bersama Bambang Trihatmodjo, putra Presiden Soeharto ini.
Anggota Dewan Komisaris Garuda yang viral beberapa waktu lalu karena meminta manajemen Garuda menghentikan pembayaran honorium guna membantu meringankan krisis di perusahaan plat merah itu, kemudian menutup penjelasan unggahannya dengan pernyataan yang memancing rasa penasaran netizen karena menyebut "2T".
"Sampai ketemu di Surga Pak Tong Djoe. Semoga 2T itu aman aman. Selamat Tidur semua," pungkasnya.