Nadiem Ngotot Minta Pembelajaran Tatap Muka Tetap Dilaksanakan, P2G dan Fadli Zon: Sebaiknya Ditunda

- 6 Juni 2021, 08:03 WIB
Mendikbudristek Nadiem Makarim saat peluncuran panduan penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi 2021.
Mendikbudristek Nadiem Makarim saat peluncuran panduan penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi 2021. /Sumber: Kanal YouTube Kemdikbud/

SEPUTARTANGSEL.COM – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim meminta pembelajaran tatap muka tetap dilaksanakan, meski kasus Covid-19 pasca libur lebaran melonjak.

Bahkan, Nadiem menyatakan tidak ada tawar-menawar perihal tatap muka ini demi pendidikan. Masa depan Indonesia sangat bergantung pada sumber daya manusia.

Hal tersebut diberlakukan dengan memahami kekhawatiran orang tua selama pembelajaran jarak jauh. Pembukaan sekolah dapat berdampak panjang bagi anak-anak, seperti yang banyak dikeluhkan masyarakat di media sosial.

Baca Juga: 5 Makanan Khas Indonesia Ini Mendunia

"Masa depan Indonesia sangat tergantung pada SDM. Sehingga tidak ada tawar-menawar untuk pendidikan, terlepas dari situasi yang kita hadapi,” ujar Nadiem di kanal YouTube Kemendikbud RI dalam Peluncuran Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran untuk PAUD DIKDASMEN di Masa Pandemi, Rabu 2 Juni 2021.

Sebelumnya, pemerintah telah mewajibkan sekolah membuka dan melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas, terutama di wilayah yang sudah zona hijau Covid-19. Syaratnya, memenuhi izin pemerintah daerah setempat dan memenuhi daftar periksa Kemendikbudristek. Namun, sampai saat ini baru sekitar 30 persen yang memberlakukan.

Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menilai, PTM terbatas masih sulit dilakukan secara serentak sebaiknya tidak dipaksakan.

Baca Juga: Jadwal Acara TV, Minggu 6 Juni 2021, Lengkap mulai, RCTI, TransTV, Trans7, MNC, SCTV, ANTV, GTV dan Indosiar

P2G sangat memahami ancaman “learning loss’, meningkatnya angka putus sekolah, dan meningkatnya angka perkawinan usia dini sebagai dampak (Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

“Bahkan sangat berpotensi mengancam bonus demografi Indonesia, sebab ini menyangkut kualitas SDM Indonesia sekarang dan nanti,” ujar Koordinator Nasional P2G, Satriawan Salim dikutip dari Antara.

Namun, Satriawan menyebutkan ada faktor resiko yang sangat besar, jika PTM terbatas serentak dilaksanakan pada bulan Juli 2021. Apalagi mengingat masih tingginya angka Covid-19 di Indonesia dan munculnya Covid-19 varian baru. Keselamatan siswa, guru, dan keluarganya terancam.

Baca Juga: Hamas: Bila Perang Melawan Israel Kembali Pecah, Kawasan Timur Tengah Akan Berubah

Kabid Advokasi P2G, Iman Z Haeri berharap, Kemendikbudristek menyelesaikan vaksinasi guru terlebih dahulu dan memeriksa daftar 11 item yang harus dipenuhi sekolah untuk PTM. Isian tersebut, seperti ketersediaan sarana sanitasi dan kebersihan, fasilitas kesehatan, dan pemetaan warga satuan pendidikan.

Senada dengan P2G, Fadli Zon, politikus Partai Gerindra juga mengusulkan PTM dapat ditunda tiga sampai enam bulan lagi, karena sangat berbahaya.

Membuka sekolah tatap muka harus ditunda. Sangat berbahaya. Lebih baik fokus meredakan pandemic ini ketimbang membuka peluang penyebaran massal yang nantinya kita sesali. Lebih baik tunda 3 smp 4 bulan sampai situasi terukur n kondusif. Keselamatan siswa n keluarga harus jadi prioritas,” tulis Fadli Zon dalam cuitannya, Sabtu 5 Juni 2021. ***

Editor: Muhammad Hafid


Tags

Terkait

Terkini

x