GeNose menjadi opsi baru untuk melakukan tes Covid-19 dalam melakukan perjalanan karena harganya lebih terjangkau serta tidak sakit dalam penggunanya.
Baca Juga: Waduh, DKI Jakarta Akan Terapkan Lockdown? Begini Lengkapnya
“Alhamdulillah uji coba berjalan baik hari ini. Semoga di tanggal 5 Februari nanti penerapannya juga bisa berjalan baik dan lancar. Saya mengapresiasi UGM yang secara cermat melakukan penelitian. Kelebihan GeNose ini selain murah, tidak sakit untuk digunakan, dan juga ini juga buatan Indonesia,” jelas Budi.
Sementara itu, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengatakan GeNose semakin akurat karena menggunakan kecerdasan buatan atau artificial intelligent (AI).
Bambang menyebut GeNose merupakan alat penyaringan (screening) dan bukan sebagai alat pengganti PCR Test.
“GeNose sudah diuji validasinya dengan 2.000 sampel dan akurasinya sudah 90 persen. Semakin banyak dipakai alat ini akan semakin akurat karena akan selalu di update oleh tim dari UGM,” kata Bambang.
Tim Penemu GeNose dari UGM Eko Fajar mengatakan riset terhadap GeNose sudah dilakukan sejak 2009 lalu.
“Kami sudah mulai riset sejak 2009 hingga sekarang. Riset kami akhirnya membuahkan hasil dan sudah mulai digunakan masyarakat. Terima kasih atas dukungan Menristek dan Menhub. Kami masih terus menyempurnakan alat ini agar bisa digunakan di seluruh lini. Kami mohon dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia,” ujar Eko Fajar.