PSBB Jawa - Bali Diperketat, Sektor Pengusaha Kuliner Makin Menjerit

- 6 Januari 2021, 17:37 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat konferensi pers di kanal Youtube Sekretariat Presiden pada Senin, 4 Januari 2021.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat konferensi pers di kanal Youtube Sekretariat Presiden pada Senin, 4 Januari 2021. / Tangkap Layar/YouTube/Sekretariat Presiden/Tangkap Layar/YouTube/Sekretariat Presiden

SEPUTARTANGSEL.COM - Pemerintah melalui Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN)  memutuskan untuk kembali memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ketat di beberapa kota di Jawa dan Bali mulai 11 Januari 2021.

Faktor meningkatnya angka positif Covid-19 yang terus meninggi menjadi alasan pemerintah mengetatkan kembali PSBB.

Dalam aturan psbb ini terdapat beberapa sektor yang kembali operasionalnya terdampak yakni pusat perbelanjaan dan hotel. Dalam aturan psbb ini kapasitas restoran menjadi 25% dan pemesanan makanan harus take away.

Baca Juga: Masuk Tahap Pembuktian, Kuasa Hukum Sebut Penetapan Tersangka Habib Rizieq Tidak Sesuai KUHAP

Baca Juga: Indonesia Darurat Covid-19. Rumah Sakit Penuh, Kini 8 Pembatasan Ketat Diberlakukan

Kondisi ini berpotensi membuat ribuan restoran menjadi tutup total dan menambah banyak angka pengangguran di sektor kuliner. Sebagian pengusaha yang sudah memiliki rencana untuk membuka usaha di Januari ini pun banyak yang mengurungkan niatnya.

"Lebih banyak yang tutup permanen. Waktu itu, beberapa bulan lalu sudah seribuan, sekarang bisa lebih banyak lagi. Pengusaha paling terdampak bahkan mati perlahan karena dihadapkan ketidakpastian. Nggak ada pengusaha bisa hidup kalau ketidakpastiannya tinggi, resiko tinggi ketidakpastian ini yang buat kita sulit. Mungkin ada yang mau Januari buka, tapi lihat gini nggak bisa," kata Wakil Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bidang Restoran, Emil Arifin dalam keterangannya, Rabu 6 Januari 2021.

Akibat pemberlakuan kembali psbb ketat ini banyak pelaku usaha yang lebih memilih untuk menahan diri dan tidak lepas dari kondisi yang terjadi selama beberapa bulan terakhir. Ketika ada pembatasan sebesar 50%, sebagian besar restoran untuk menutupi modal yang ada sekarang

"Dengan kapasitas sampai 25%, pasti Januari nggak ada sales sama sekali karena terdampak luar biasa. Kita sudah sepuluh bulan udah berupaya macam-macam, ini bukan pertama, dari pengetatan yang benar-benar total, kemudian diperlonggar, ketat, longgar, ketat lagi, kita sudah kehabisan trik," sebut Emil.

Baca Juga: Selain Jokowi, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo Siap Disuntik Vaksin Covid-19 Pertama Kali

Baca Juga: Usai Berlibur di Bali, Kalina Ocktaranny Positif Covid-19

Adapun beragam cara tersebut adalah karyawan yang sudah di-PHK serta dirumahkan, menu dikurangi, pembayaran sewa pun sudah tidak bayar 100%.

Beberapa di antaranya ada yang dibayar hanya 50%, lalu bahan baku ada yang pembayarannya mundur 6 bulan ke vendor. Juga ada pelaku usaha restoran sudah minta restrukturisasi bunga pinjaman bank, serta ada yang mencari pemegang saham baru.

"Jadi segala macam trik sudah dilakukan untuk survive, rugi ya rugi teman-teman mau kendalikan supaya nggak besar. Take out sudah promosi banyak tapi nggak bisa angkat, karena saingan banyak jadi semua restoran sekarang semua suffer (menderita) parah kondisinya," jelasnya.***

Editor: Fandi Permana


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah