SEPUTARTANGSEL.COM - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri kembali melontarkan pernyataan yang menuai kontroversi publik.
Kali ini, Megawati mempertanyakan orang yang antre minyak goreng tapi masih bisa beli baju lebaran.
Megawati yang juga Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada acara BRIN secara virtual, Rabu 20 September 2022, menyampaikan kebingungannya tentang ibu-ibu yang antre minyak goreng tapi masih beli baju lebaran.
Baca Juga: Dirjen Jadi Tersangka Mafia Minyak Goreng, Presiden Harus Bersihkan Kemendag dari Mafia Pangan
Mantan Sekretaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Muhammad Said Didu menyanggah pernyataan Megawati.
Menurut Said Didu, rakyat bisa marah dan mereka mempunyai batas kesabaran.
"Mohon maaf, Bu, rakyat juga ada batas sabarnya selalu dimarahi dan disalahkan penguasa," kata Said Didu sebagaimana dikutip SeputarTangsel.Com dari akun Twitter @msaid_didu, Rabu 20 April 2022.
"Maunya ibu mereka antri minyak goreng ga pake baju atau pake baju robek2," lanjut Said Didu.
Masih dalam cuitan yang sama, Said Didu lalu menghubungkannya dengan tersangka koruptor minyak goreng yang baru saja ditangkap. Seharusnya Megawati marah kepada mereka.
"Bu, tuh koruptor minyak goreng ga pake baju atau pake baju robek2. Bu, tuh koruptor minyak goreng sdh ditangkap kok Ibu ga marah ke mereka," kata Said Didu.
Cuitan Said Didu kali ini tidak ada yang menyanggah. Netizen satu suara, heran dengan pernyataan Megawati yang selalu menyalahkan rakyat.
"Entah ya Pak Said Didu, padahal kan antre karena dulu stok terbatas, lalu sekalinya ada di luar dari harga yang tidak wajar.. kalo baju kan beragam, kami dimarahin terus seolah olah kami ini numpang di negeri kami sendiri dan dia adalah pemiliknya," keluh @Darlin62720192.
"Gak nutut pikiran saya kalo melihat profesor isntan ini.. Cangkeme (mulutnya-red) jian enteng sekali.. Rakyat tok disalahno, bukan bonekanya yang dikritik karena pelihara tikus dlm istana," ucap @MeneerReno69.
Sebelumnya. Megawati sempat memprotes ibu-ibu yang disebut senang menggoreng-goreng dalam menyiapkan sajian makanan. Dia meminta masyarakat membuat alternatif makanan, seperti merebus dan mengukus.
Hal itu dilakukan saat minyak goreng melonjak setelah harga diserahkan pada mekanisme pasar. ***