Penularan Covid-19 Tetap Ada, Menkes: Pandemi dan Endemi Hanya Beda Nama

17 Maret 2022, 17:22 WIB
Penularan Covid-19 Tetap Ada, Menkes: Pandemi dan Endemi Hanya Beda Nama /Foto: Instagram/ @whoindonesia/

SEPUTARTANGSEL.COM - Pasca dua tahun pandemi Covid-19, beberapa negara telah menyatakan diri dari status pandemi menuju transisi endemi.

Bahkan, Denmark mengambil kebijakan melonggarkan protokol kesehatan Covid-19, termasuk wajib masker. Negara itu memilih untuk hidup berdampingan dengan Covid-19.

Beberapa negara ada juga yang mengambil kebijakan mengurangi protokol kesehatannya, tapi belum mengumumkan sebagai endemi.

Baca Juga: Cegah Curanmor! Polres Metro Jakarta Barat Luncurkan Alat Pemutus Sakelar Aki Motor

Bagaimana dengan kebijakan endemi di Indonesia?

Hingga Maret 2022, Indonesia masih berstatus pandemi. Beberapa indikator positif menuju transisi endemi, namun masih ada beberapa lonjakan kasus Covid-19 di beberapa wilayah.

Bahkan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut pandemi Covid-19 dan endemi hanya berbeda nama. Ini karena virusnya tetap ada dan tetap menularkanm

"Kalau buat saya pribadi ya sebagai orang baru di kesehatan. Endemi sama pandemi hanya beda nama. Tapi penyakitnya tetap ada, virusnya tetap ada," kata Budi Gunadi dikutip SeputarTangsel.Com dari Antara pada Kamis 17 Maret 2022.

Baca Juga: 4 Tips Lolos Beasiswa IISMA 2022 dari Ditjen Dikti

Selain itu, lanjut Gunadi, penularan Covid-19 juga diperkirakan akan tetap terjadi meski derajat keparahannya lebih rendah dibandingkan saat pandemi.

Hal itu diungkapkan Gunadi usai seminar "Recover Together, Recover Stronger: G20 dan Agenda Strategis Indonesia" di Balai Senat Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.

"Fase endemi akan tercapai jika masyarakat sudah memahami mengenai risiko penyakitnya, serta sudah melakukan protokol kesehatan secara sadar tanpa dipaksa pemerintah," kata Gunadi.

Hal ini misalnya pada kasus DBD, kata Gunadi, masyarakat sudah tahu untuk penanganan endemi DBD.

Baca Juga: Minyak Goreng Naik Rp10 Ribu per Liter, Said Didu Beri Tamparan Keras Bagi Pemerintah dan Singgung Oligarki

"Ketika DBD disemprot supaya jangan banyak jentik, kalau terjangkit panasnya naik turun, udah tahu dia cek darahnya. Kalau kena langsung masuk rumah sakit tanpa ada pemaksaan intervensi atau dorongan dari pemerintah," ujar Gunadi.

Menkes mengatakan Presiden Jokowi telah meminta mempersiapkan skenario untuk mengubah pandemi Covid-19 menjadi endemi.

Seluruh fase pandemi di dunia, kata dia, pada akhirnya selalu menjadi endemi hanya saja membutuhkam persiapan.

Merujuk sejarah pandemi di dunia, kata Gunadi, selalu membutuhkan banyak faktor pertimbangan untuk mengubah menjadi endemi.

Baca Juga: Rizal Ramli Sindir Jokowi Soal Soeharto Tolak Maju Jadi Capres, Netizen: Dulu Harmoko Cuma 1 Sekarang Banyak

"Enggak pernah faktor kesehatan saja. Ada faktor sosial, politik, ekonomi, budaya yang menjadi pertimbangan baik seorang pimpinan negara maupun dunia mengubah itu menjadi pandemi sebagai endemi," kata Gunadi.

Sementara itu, Gunadi menuturkan sesuai masukan para epidemiolog, laju penularan atau reproduction rate (Rt) harus ditekan di bawah 1 dalam rentang tiga hingga enam bulan.

"Selain reproductiob rate, cakupan vaksinasi dua dosis minimal mencapai 70 persen dari populasi," katanya.

"Kalau itu sudah terjadi nah itu dari sisi kesehatan sudah masuk kondisi yang relatif aman kalau misalnya nanti mau dideclair sebagai endemi," sambungnya.

Baca Juga: Minyak Goreng Langka Bukan Salah Pemerintah, Ustadz Das'ad: Tapi Karena Milih Pemimpin yang Sogok Pakai Uang

Meski demikian, menurut Gunadi, perlu diperhatikan juga bahwa organisasi kesehatan dunia (WHO) hingga kini belum menyatakan situasi saat ini sebagai endemi.

"Walaupun di negara lain seperti Inggris, Denmark itu mengurangi protokol kesehatannya tapi mereka secara resmi belum declair ini sebagai endemi," ucap Gunadi.***

Editor: Taufik Hidayat

Tags

Terkini

Terpopuler