Ustadz Abdul Somad Ungkap Fakta Mengejutkan, Ceramahnya Kerap Dihadang hingga Dipaksa Pulang

10 Maret 2022, 11:33 WIB
Ustadz Abdul Somad mengungkapkan dirinya kerap dihadang hingga dipaksa pulang ketika akan berceramah /Foto: Seputar Tangsel/Sugih Hartanto/

 

SEPUTARTANGSEL.COM - Ustadz Abdul Somad mengungkapkan, dirinya kerap dihadang ketika berceramah. Ia mengatakan, penghadangan tersebut terjadi di sejumlah wilayah dan bukan hanya di Tanah Air.

Menurut Ustadz Abdul Somad, beberapa aktivitas ceramahnya di luar negeri juga dibatalkan.

Bahkan, Ustadz Abdul Somad mengatakan pernah disuruh pulang ketika sudah sampai di bandara.

Baca Juga: Ustadz Abdul Somad Diminta Tanggapannya Soal Konflik Rusia dan Ukraina oleh Karni Ilyas, Ini Jawabannya

"Visa-visa saya di luar negeri dicancel, visa entry yang sudah dapat dibatalkan. Ada yang dibatalkan di airport, ada yang sudah sampai sana disuruh pulang, di beberapa tempat," kata Ustadz Abdul Somad, dikutip SeputarTangsel.Com dari kanal YouTube Refly Harun pada Kamis, 10 Maret 2022.

Sebelumnya, nama Ustadz Abdul Somad disebut-sebut masuk daftar penceramah radikal melalui pesan yang beredar di aplikasi perpesanan WhatsApp.

Dalam daftar tersebut, namanya berada di urutan kelima setelah M. Ismail Yunanto, Felix Siauw, Hafidz Abdurrahman, dan Fatih Karim.

Baca Juga: Ustadz Abdul Somad Masuk Daftar Penceramah Radikal: Bagi Ibu-ibu Radikal Itu Kesulitan Minyak, Tahu, Tempe

Meski demikian, hal tersebut telah dibantah penceramah yang akrab disapa UAS itu.

Ia mengatakan, masuknya dirinya dalam daftar penceramah radikal sudah dikonfirmasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai berita bohong.

Karenanya, UAS mengingatkan agar masyarakat tak mudah percaya berita hoax. Hal itu ia sampaikan melalui kanal YouTube Karni Ilyas Club.

Baca Juga: Ustadz Abdul Somad dan Felix Siauw Masuk Daftar Penceramah Radikal, Musni Umar: UAS Tak Jelekkan Pemerintah

Ia menilai, orang-orang yang mengajak menjalani syariat Islam, termasuk mendengarkan ceramah tidaklah radikal.

Menurutnya radikal saat ini lebih tepat disematkan kepada pemerintah yang membuat bahan pokok langka dan mahal.***

Editor: H Prastya

Tags

Terkini

Terpopuler