Nicho Silalahi Diduga Lecehkan Perempuan Kalimantan Jadi Budak Seks China, Budiman Sudjatmiko Singgung Fasisme

29 Januari 2022, 07:53 WIB
Budiman Sudjatmiko soroti cuitan Nicho Silalahi yang sebut perempuan Kalimantan dijual ke China untuk dijadikan budak seks /Foto: Instagram/@budiman_sudjatmiko/

 

SEPUTARTANGSEL.COM - Aktivis Nicho Silalahi diduga melecehkan perempuan Kalimantan yang disebutnya sebagai budak seks setelah dijual ke China.

Polemik muncul setelah Nicho Silalahi membuat cuitan pada Kamis, 27 Januari 2022 melalui akun Twitter @Nicho_Silalahi.

Dalam cuitannya itu, Nicho Silalahi menyoroti penebangan hutan yang menyebabkan banjir di Kalimantan.

Baca Juga: Edy Mulyadi Mangkir, Ruhut Sitompul ke Mabes Polri: Layangkan Panggilan Kedua dan Sertakan Nicho Silalahi

Selain itu, Nicho Silalahi juga membahas tentang perempuan-perempuan Kalimantan yang dijual ke China untuk dijadikan sebagai budak seks, serta anak-anak yang mati tenggelam di bekas galian tambang.

"Saat Hutan ditebang, banjir merendam rumah warga ± sebulan, perempuannya dijual ke China untuk dijadikan budak seks, anak² pada mati tenggelam di bekas galian tambang kalian pada diam, Tapi saat ada yang mengatakan "Tempat Jin Buang Anak" kalian Demo. Sebenarnya kalian siapa ?" tulis Nicho Silalahi.

Sontak, cuitan Nicho Silalahi itu pun banyak dikritik tokoh. Salah satunya adalah Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Budiman Sudjatmiko.

Baca Juga: Tagar 'Tangkap Nicho Silalahi' Bergema, Netizen Soroti Cuitan Perempuan Dijual ke China Dijadikan Budak Seks

Budiman Sudjatmiko menyinggung fasisme di Eropa yang menurutnya lahir dari ide memurnikan suku atau ras setempat.

Sementara Budiman Sudjatmiko menilai, fasisme di Indonesia berusaha mendompleng agama dengan mengglorifikasi budaya ras asal agama tersebut.

"Pemfasisan Eropa lahir dr ide  memurnikan suku/ras SETEMPAT. Di Indonesia fasis2nya mendompleng agama dgn mengglorifikasi budaya ras asal agama tsb. Klas menengah kota menolaknya. Gugup. Lain cerita jika yg menolak itu suku2 Nusantara," kata Budiman Sudjatmiko, dikutip SeputarTangsel.Com dari akun Twitter @budimandjatmiko pada Sabtu, 29 Januari 2022.

Lebih lanjut, Budiman Sudjatmiko memaparkan perbedaan fasisme di Eropa dengan di Indonesia.

Baca Juga: Tantang KPK di Rezim Jokowi untuk Proses Gibran dan Kaesang, Nicho Silalahi: Masa Kalah dengan SBY

Ia memaparkan, fasisme Eropa yang berdasar pada suku atau ras setempat menjunjung sains dan teknologi, sehingga hanya bisa dikalahkan dari luar dengan alasan demokrasi dan kemanusiaan.

Hal tersebut dinilainya berbeda dengan fasisme yang ada di Indonesia meski watak ekspansionisnya sama.

Ia mengatakan, fasisme di Indonesia tidak perlu dihadapi dengan perang, tetapi cukup dengan mempromosikan teknologi sains dan berpikir ilmiah, serta memperkuat budaya-budaya Nusantara.

"Fasisme Eropa lebih berurat berakar kerana itu perangnya bukan cuma ideologi tp perang fisik. Fasisme impor yg datang ke Indonesia cukup dgn perang ideologi. Temanya: kemanusiaaan, kemajuan, ilmu pengetahuan & tradisi. 

Kedepankan ilmu pengetahuan & tradisi," ujarnya.

Baca Juga: Seminggu Penahanan Ferdinand Hutahaean, Nicho Silalahi: Kapan Polri Konferensi Pers dengan Tersangka?

Ia menegaskan, apabila tradisi ilmu masih bersifat ekslusif pada kalangan terdidik, maka cara yang paling masif melawan fasisme di Tanah Air adalah dengan membangkitkan budaya-budaya Nusantara yang dimulai dari bahasa.

"Jika tradisi ilmu masih eksklusif (cuma di kalangan terdidik), maka yg paling masif utk bisa melawan fasisme (budaya) impor ini adalah pembangkitan budaya2 Nusantara.

Mulai dari mana?

BAHASA! 

Seringlah berbahasa daerah dgn sesukumu (di luar acara resmi)," tegasnya.***

Editor: H Prastya

Tags

Terkini

Terpopuler