Emil Salim: Dulu Hujan Deras Disambut Gembira, Kini DItakuti

8 Desember 2021, 20:33 WIB
Prof. Emil Salim bercerita tentang hujan yang dulu disambut gembira dan kini ditakuti. /Foto: Twitter @Emilsalim2010/

SEPUTARTANGSEL.COM - Sebagian besar wilayah Indonesia sudah memasuki musim penghujan. Beberapa wilayah dilanda banjir, bahkan tempat yang sebelumnya belum pernah mengalami.

Musibah banjir dan tanah longsor di musim hujan mendapat tanggapan dari cendekiawan, Prof. Emil Salim.

Prof. Emil Salim menceritakan, dahulu hujan disambut dengan gembira, terutama oleh anak-anak.

Baca Juga: Gus Umar Apresiasi Kasus Arteria Dahlan yang Berakhir Damai, Netizen Singgung Emil Salim

"Dulu jika hujan deras turun, kami anak-anak penuh gembira bermandi telanjang dan semua menyambutnya gembira," ujar Emil Salim sebagaimana dikutip SeputarTangsel.Com dari akun Twitter @emilsalim2010, Selasa 7 Desember 2021.

Menurut profesor yang pernah menjabat sebagai Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup Indonesia, dulu masyarakat menilai hujan berarti air. Ada tanah, air, dan padi. Ketiganya merupakan pangkal kemakmuran bangsa Indonesia.

Sayangnya, saat ini kondisinya jauh berbeda. Hujan sering membawa musibah banjir dan tanah longsor.

"Itu pengalaman dulu. Kini hujan ditakuti, karena membawa banjir, longsor, dan petaka," ungkap Emil Salim.

Baca Juga: Tanggapi UU Cipta Kerja Inkonstitusional Bersyarat, Emil Salim: Tidak Perlu Ditanggapi Sebagai Antipemerintah

Cuitan Prof. Dr. Emil Salim yang juga seorang ekonom disukai oleh lebih dari seribu netizen. Beberapa di antaranya membalas di kolom komentar. Mereka setuju dengan penilaian sang profesor.

"Betul,Prof .. Nggak di kota, nggak di desa terjadi banjir, karena pembangunan tidak boleh berhenti akibat deforestasi," ujar @Bordiantar4.

"Hutan Indonesia di awal tahun 70-an dibabat habis, kayu diekspor, hutan diterlantarkan, Akibatnya hujan menjadi malapetaka, banjir dan longsor," ujar @HendiUnpad74.

Ani Hasibuan, salah seorang dokter yang juga aktivis sosial, mempertanyakan berapa lama eksploitasi dilakukan hingga mendatangkan bencana.

Baca Juga: Peringatan Hari Lingkungan Hidup, Emil Salim Cuitkan Kesedihan, Tak Ada Lagi Kalpataru dan Adipura

"Izin bertanya, Bapak. Apakah bencana banjir yang terus-menerus terjadi ini, hasil eksploitasi dalam 10 tahun terakhir atau sesungguhnya adalah hasil dalam 50 tahun terakhir?" tanya Ani Hasibuan dikutip SeputarTangsel.Com dari akun Twitter @tondimuh9, Rabu 8 Desember 2021.

"Seberapa lama dan massif eksploitasi dilakukan sehingga mendatangkan bencana kontinyu? Syukron dan sehat selalu, Bapak. Tabik," sambung Ani Hasibuan. ***

Editor: Sugih Hartanto

Tags

Terkini

Terpopuler