Said Didu Sebut Jokowi Rezim Kodok: Korupsi, Oligarki, Dinasti, Otoritarian, Koncoisme

7 November 2021, 14:08 WIB
Said Didu sebut pemerintahan Jokowi rezim Kodok /Tangkapan layar Youtube ILC/

 

SEPUTARTANGSEL.COM - Mantan sekretaris Kementerian BUMN Muhammad Said Didu mengungkapkan alasan menyebut pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai rezim 'kodok'.

Said Didu mengungkapkan alasan tersebut melalui sebuah video yang diunggah di kanal YouTube MSD pada Sabtu, 6 November 2021.

Said Didu mengatakan bahwa rezim 'kodok' merupakan singkatan dari kejadian yang sedang terjadi saat ini,

"Kodok adalah singkatan dari korupsi, oligarki, dinasti, otoritarian, dan koncoisme. Itu yang sedang terjadi sekarang," ungkap Said Didu yang dikutip SeputarTangsel.Com dari kanal YouTube MSD pada Minggu, 7 November 2021.

Baca Juga: Jadwal Acara TV di Indosiar Hari Ini, 7 November 2021: Saksikan Sinetron Istri Impian hingga Suara Hati Istri

Said Didu memaparkan korupsi saat ini merupakan tindakan yang tidak haram lagi sehingga membuat kasus korupsi terjadi di mana saja.

"Korupsi selain melebar, meluas, meningkat, membesar dan seakan-akan pekerjaan yang tidak haram lagi," kata Said Didu.

Sedangkan oligarki sudah terjadi di segala tingkatan pemerintahan hingga partai politik.

"Oligarki mulai dari bupati, lurah, gubernur, sampai kepada partai-partai, sampai kepada pimpinan tertinggi negara sudah terjadi oligarki," ungkap Said Didu.

Said juga menjelaskan bedanya oligarki dengan nepotisme. 

"Nepotisme itu diumpamakan pengusaha di luar, di rumah, di paviliun tinggalnya, menunggu kebijakan pemerintah. Kalau oligarki itu pengusaha ada di dalam rumah dan juru masaknya penguasa," sambung Said Didu mencontohkan BUMN saat ini. 

Baca Juga: Wisata Malam di Kota Magelang, Kuy Coba Camping di Taman Kyai Langgeng

Sedangkan dinasti, seperti yang dilakukan pejabat daerah. Estafet kepemimpinannya satu lingkup keluarga.

"Suami yang habis masa jabatannya, dilanjutkan oleh istrinya yang mencalonkan menjadi kepala daerah, atau bapaknya  dilanjutkan oleh anaknya yang maju dalam Pilkada," jelasnya.

"Pak Harto dulu 29 tahun berkuasa baru anaknya jadi menteri, dan itu pun menterinya beberapa bulan langsung jatuh," kata Said Didu.

Sedangkan tindakan otoritarian yang dilakukan oleh pemerintah  saat ini seperti mudah menangkap orang-orang yang berbeda pendapat, dan mengkritik.

"Banyak sekali orang ditangkap dan pemerintah memelihara buzzer untuk menghujat, memaki-maki yang mengkritik pemerintah," kata Said Didu.

Sedangkan tindakan koncoisme yang terjadi saat ini seperti di BUMN. Banyak pihak yang secara terang-terangan dijadikan relawan atau tim sukses.

Baca Juga: Jadwal Acara TV Hari Ini Minggu, 7 November 2021 NET TV, MNC TV, TvOne, TVRI

"Koncoisme ini prakteknya sangat nyata, di BUMN sangat nyata bahwa konco-konco lah yang dijadikan, bukan lagi nepotisme, bukan apa tapi konco itulah relawan, namanya konco, tim sukses adalah konco," protes Said Didu.

 

Said Didu juga mengingatkan, "Kodok selalu gayanya menendang ke bawah, menyingkirkan ke samping, dan menjilat ke atas. Itu juga akronimnya sama, jadi sama juga akronim dan kelakuan kodok. Jadi itu agak sempurna itu perumpamaan kodok," tutup Said Didu.***

 

Editor: Tining Syamsuriah

Tags

Terkini

Terpopuler