Rizal Ramli: Kerugian Akibat Impor Pangan Triliunan Setiap Tahunnya

1 September 2021, 12:02 WIB
Rizal Ramli kritik kebijakan impor pangan pemerintah /Foto: Twitter @RamliRizal/

SEPUTARTANGSEL.COM - Rizal Ramli, ekonom senior berbicara mengkritik kebijakan impor Indonesia.

Hal tersebut dilakukan, karena makin maraknya kegiatan impor yang dilakukan pemerintah Indonesia. Padahal, Indonesia merupakan negara agraris yang seharusnya bisa memenuhi kebutuhan pangan sendiri.

Menurut Rizal Ramli, kebijakan impor mengakibatkan Indonesia terus merugi triliunan rupiah setiap tahun.

Baca Juga: Bela Luhut, Ferdinand Hutahaean: Somasi Terhadap KontraS Bukti Kesamaan Semua Orang di Depan Hukum

"Kerugian negara akibat kuota pangan jor-joran itu puluhan milyar tiap tahunnya," ujar Rizal Ramli dalam akun Twitter pribadinya @RamliRizal, Selasa 31 Agustus 2021, dikutip SeputarTangsel.Com.

Bagaimana itu bisa terjadi? Rizal Ramli mengatakan, ada biaya bunga untuk stabilisasi harga pangan yang harus dibayar negara. Akibatnya, BUMN yang mengurusi masalah pangan terus mengalami kerugian.

"Sistem kuota yang hanya menguntungkan kartel impor pangan harus diganti dengan sistem tarif," ungkap Rizal Ramli mengusulkan.

Baca Juga: 4 Polisi Dikeroyok Simpatisan Habib Rizieq, Mustofa Nahrawardaya: Identitas Pengeroyok Harus Dijelaskan

"Biaya bunga untuk stabilisasi harga pangan (stock management) harusnya dibayar negara," ujar Rizal Ramli di akhir cuitannya.

Seperti diketahui, impor bahan pangan masih menjadi masalah di Indonesia, terutama terkait dengan beras.

Impor tersebut, seperti disebutkan Budi Waseso (Buwas) dalam kanal YouTube Pikiran Rakyat, Senin 31 Agustus 2021, dikutip SeputarTangsel.Com, membuat Bulog terus merugi.

Baca Juga: Menkopolhukam Mahfud MD Pasang Badan untuk Tangkap Ustadz Abdul Somad Terkait Penistaan Agama? Cek Faktanya

Buwas yang merupakan Direktur Utama Perum Bulog mengakui, pemerintah berutang kepada perusahaan yang dipimpinnya terkait impor beras sebanyak 4 triliun rupiah. Akibatnya Bulog mengalami kerugian dan kualitas beras yang disimpan terus menurun.

Dana impor sendiri berasal dari pinjaman bank yang bunganya terus bertambah dan harus dibayarkan. ***

Editor: Taufik Hidayat

Tags

Terkini

Terpopuler