20 Tahun Pemakzulan Gus Dur, Alissa Wahid: Demi Bangsa, Negara, dan Santri, Ayah Memilih Keluar Istana

23 Juli 2021, 21:08 WIB
Putri sulung Gus Dur, Alissa Wahid membagikan suasana mencekam saat ayahnya lengser dari kursi presiden /Instagram @jaringangusdurian

 

SEPUTARTANGSEL.COM - Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dimakzulkan oleh MPR RI pada 23 Juli 2001, dua puluh tahun silam.

Pemakzulan Gus Dur itu banyak disebabkan oleh kebijakannya yang cukup tegas dan tanpa kompromi untuk menegakkan prinsip-prinsip kehidupan berbangsa dan bernegara yang dianggapnya benar.

Dikeluarkannya Dekrit Presiden mengenai pembubaran DPR-MPR, menyusun pelaksanaan pemilihan umum dalam waktu setahun, dan pembekuan Partai Golkar membuat Gus Dur harus dimakzulkan usai Ketua MPR RI Amien Rais menggelar Sidang Istimewa.

Baca Juga: Pendaki Disabilitas Fisik Asal Korea Selatan Hilang di Gunung Himalaya

Dalam Sidang Istimewa itu, Megawati Soekarnoputri diangkat sebagai Presiden Kelima menggantikan Gus Dur.

Megawati didampingi oleh Hamzah Haz sebagai wakil presiden usai memenangkan voting.

Mengenang 20 tahun pemakzulan Gus Dur, Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Qotrunnada Munawaroh atau Alissa Wahid mengenang hari-hari ketika ayahnya memutuskan meninggalkan Istana Kepresidenan dan tidak bersikeras mempertahankan kekuasaan.

Alissa Wahid mengungkapkan keputusan Gus Dur untuk meninggalkan Istana Kepresidenan dilakukan untuk menjaga bangsa, negara, dan para santri.

Baca Juga: Raffi Ahmad Posting Hasil USG Calon Anak Kedua, Netizen: Belum Lahir Aja Udah Jadi Sultan

"Demi bangsa, demi negara, dan demi santri-santri serta pembelanya, #GusDur memilih keluar dari istana," tulis Alissa, dikutip SeputarTangsel.Com dari akun Twitter @AlissaWahid, Jumat, 23 Juli 2021.

Alissa menceritakan beberapa hari sebelum pemakzulan terjadi, Gus Dur bersikeras untuk melawan partai-partai politik yang dianggap membajak demokrasi.

Namun, Gus Dur mengurungkan niatnya tersebut ketika mengetahui para santri yang sudah datang dari berbagai kota untuk membelanya karena khawatir terjadi pertumpahan darah.

Alissa mengenang kata-kata Gus Dur yang mengatakan bahwa kebenaran tidak bisa di-voting.

Baca Juga: Puncak Hari Anak Nasional 2021, Megawati: Ibu Sedih, Banyak Anak Tidak Menghormati Gurunya

Menurut Alissa, Gus Dur kerap menolak berbagai tawaran koalisi politik dan tetap mempertahankan idealisme demokrasi yang dipercayainya.

Dalam menciptakan kehidupan yang demokratis, Gus Dur berupaya membersihkan pemerintahan yang dipimpinnya dari para militer dan oligarki yang merupakan sisa-sisa Orde Baru.

Hal tersebut justru membuat Gus Dur semakin mendapat berbagai macam tekanan dan memunculkan perseteruan.

Ketika perseteruan antara Gus Dur dan berbagai pihak semakin memanas, Alissa mengungkapkan Gus Dur pernah memintanya untuk membawa keluarga keluar dari istana karena khawatir akan keselamatan mereka.

Baca Juga: Presiden Jokowi Diisukan Tindak Tegas KSP Moeldoko karena Telah Mempermalukan Istana, Begini Faktanya

Namun, Alissa menyatakan menolak meninggalkan istana karena tidak ingin nasib nahas yang menimpa Presiden RI pertama Soekarno yang sendirian, keluarganya sulit menjenguk, dan tidak terawat dengan baik, terulang dialami oleh Gus Dur.

Lebih lanjut, dia meyakini bahwa Gus Dur tidak pernah dimakzulkan oleh Sidang Istimewa MPR RI.

Dia menilai prosedur tersebut cacat hukum dan tidak sesuai dengan tata tertib MPR RI.

Menurutnya, Gus Dur keluar dari istana atau turun dari kursi presiden karena kehendak bebas untuk idealisme yang dipegangnya, yaitu kemanusiaan.

Baca Juga: Dokter Pandu Riono ke Presiden Jokowi: Paket Obat Tak Membantu Kendalikan Pandemi Covid-19

"Yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan," pungkas Alissa.***

Editor: Tining Syamsuriah

Tags

Terkini

Terpopuler