Warga Dipaksa Kosongkan Tenda Pengungsian di Mamuju Jelang Kedatangan Jokowi, Begini Faktanya

20 Januari 2021, 07:49 WIB
Presiden Jokowi Tinjau Posko Pengungsian Mamuju di Sulbar dan Pastikan Bantuan bagi Korban Gempa. /Situs Resmi Kementerian Sekretariat Negara RI/Setneg

SEPUTARTANGSEL.COM - Sebuah insiden terjadi di lokasi pengungsian korban gempa Mamuju, Sulawesi Barat dan viral media sosial.

Sebuah video memperlihatkan pengungsi korban gempa Sulawesi Barat di Mamuju diusir sejumlah petugas TNI yang membongkar tenda pengungsian mereka menjelang kedatangan Presiden Joko Widodo untuk meninjau lokasi bencana.

Para pengungsi dipaksa untuk mengosongkan lokasi pengungsian untuk dialihkan ke lokasi kunjungan presiden dan bisa kembali lagi usai acara. Peristiwa itu pun diluruskan oleh Komandan Daerah Militer 1418/Mamuju.

Baca Juga: Jadwal Acara Tv di NetTv Hari Ini, Rabu 20 Januari 2021, Ada Drama Korea dari Kim Tae Hee nih

Baca Juga: Jadwal Acara TV di SCTV Hari Ini, Rabu 20 Januari 2021, Jangan Lewatkan Tayangan Samudra Cinta

Dandim 1418/Mamuju Kolonel Tri Aji Sartono menegaskan peristiwa dalam video viral hanya salah paham dan tidak ada paksaan ke warga. Pengungsi dikosongkan sementara untuk mensterilkan area sebelum presiden datang.

"Subuh-subuh disuruh bongkar tenda baru disuruh masuk di dalam (ke dalam stadion). Harus bersih di sini karena mau datang Jokowi, setelah Jokowi pulang katanya baru bisa pasang tenda lagi," ujar salah satu pengungsi bernama Qadariah (40), Selasa 19 Januari 2021.

Qadariah mengaku sempat menolak untuk membongkar tenda pengungsian. Namun, dirinya mengaku ketakutan karena aparat sempat mengancam dengan nada tinggi yang membuat pengungsi lainnya ketakutan. Akhirnya Qodariah dan pengungsi lainnya membongkar tendanya dan memasangnya kembali saat kunjungan Jokowi telah selesai.

"Tentara itu bilang kita ini sudah bicara baik-baik jangan sampai kita kasar sama kalian-kalian ini, harus berakal sehat. Jadi saya bilang lagi di situ, siapa ini yang tidak punya akal sehat, kita sudah jelaskan baik-baik tapi aparat tetap memaksa," jelas Qadariah.

Baca Juga: Peringatan Dini untuk Wilayah Jaksel dan Jaktim pada Sore Hari Terkait Cuaca Jakarta

Baca Juga: Wah, Pemerintah Buka Pendaftaran Kartu Prakerja pada 2021 Hanya untuk Kelompok Ini, Kamu Termasuk?

Selain membongkar tenda, Qadariah mengaku menyembunyikan barang-barangnya di bawah sebatang pohon agar tak terlihat saat Jokowi datang.

"Barang-barangku di belakang sini, kuumpetin pakai terpal biru di bawah pohon," katanya.

Selain Qadariah, seorang pengungsi bernama Indri memberikan pengakuan yang sama. Indri menjelaskan bahwa aparat memerintahkan untuk dikosongkan dulu dan menjanjikan bingkisan dari presiden supaya  pengungsi mau menuruti kemauan mereka.

"Tadi saat Jokowi mau datang, 3 orang tentara datang ke kami lalu bilang ke kami 'Pak ini bongkar saja, nanti kami kasi bingkisan dari presiden," kata Indri saat ditemui terpisah.

Sekedar informasi, bahwa aparat meminta para pengungsi untuk pindah dari tenda agar ke dalam Stadion Manakarra, Mamuju. Alasannya karena di dalam telah disediakan tenda Kemensos, TNI, dan BNPB.

Namun pengungsi beriskukuh menolak dengan alasan mereka pernah ditemui oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati yang meminta para pengungsi menjauhi gedung karena gempa susulan masih terus terjadi.

"Kepala BMKG yang perempuan itu pernah ke sini bilang jauhi gedung-gedung. Sementara kita lihat stadion ini sudah tua, kalau terjadi gempa orang pasti panik berlarian baru pintu keluar stadion cuma satu," kata Indri.

Baca Juga: Banjir Kalimantan Selatan, Banyak Tamu Bermalam di Sejumlah Hotel

Baca Juga: Banjir Kalimantan Selatan Akibat Kondisi Infrastruktur Ekologis Tak Memadai

"Jangan kan di dalam, di luar di sini saja kemarin orang-orang berlarian karena ada gempa lagi. Karena masih trauma jadi takut kalau dipindah ke dalam," katanya lagi.

Terkait hal itu, Dandim 1418/Mamuju Kolonel Tri Aji Sartono menegaskan tidak ada paksaan dari personel TNI yang meminta warga membongkar tenda pengungsian.

"Tidak, nggak ada pengosongan paksa kepada pengungsi karena presiden mau datang. Kita imbau baik-baik masyarakat silakan, kita siapkan fasilitas. Nggak ada pengondisian, mana berani kita pengondisian," ujar Tri.

Menurut Kolonel Tri, video viral pengosongan paksa dan pengakuan warga yang diperintahkan membongkar tenda hanya lah kesalahpahaman. Dalam situasi pascabencana seperti ini, rawan terjadi kesalahpahaman.

"Ya biasalah, dalam situasi panas begitu, sudah capek. Pokoknya begini, kita sampaikan ke mereka bahwa intinya sudah disiapkan fasilitas itu permanen, dari pemerintah dari kementerian, TNI hanya membantu. Kalau kita dianggap salah, salah apa kita sudah membantu," kata Kolonel Tri.

Tri juga sudah menemui langsung pengungsi yang mengaku dipaksa membongkar tenda tersebut. Pengungsi yang salah paham itu disebut sudah meminta maaf.

Baca Juga: Innalillahi, 154 Bencana di Indonesia dan Memakan 140 Korban Meninggal Selama 1-18 Januari 2021

Baca Juga: Lengkapi Bursa Transfer Musim Dingin, Milan Datangkan Mario Mandzukic

"Mereka sudah minta maaf ke saya itu. Jadi saya bilang saya juga korban bencana, istri saya itu mengungsi itu, sama," jelasnya.

"Tapi kan kita masih punya tanggung jawab membantu masyarakat, kalau masyarakat kita nilai tidak baik (di luar) ternyata masyarakat tidak terima ya silahkan saja kalau tidak mau, saya nggak paksa. Tetapi kalau bisa ya ke dalam silakan, fasilitas lebih lengkap lebih nyaman, kan begitu," lanjutnya.

Tri kemudian kembali menegaskan, tidak ada paksaan dari pihaknya yang meminta warga membongkar tenda.***

Editor: Fandi Permana

Tags

Terkini

Terpopuler