SEPUTARTANGSEL.COM - Covid-19 sangat aktif menyerang saluran pernafasan pada tubuh manusia.
Virus SARS-COV2 penyebab Covid-19 akan menyerang paru-paru pada saat saturasi oksigen turun dengan drastis.
Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan paru-paru terisi cairan, dahak, dan sel. Kondisi ini dapat berdampak terhadap kerusakan paru-paru pada pasien PascaCovid-19.
Kerusakan pada dinding paru-paru dapat membuat pasien merasa sesak dan mengalami pneumonia parah (Acute Respiratory Distress Syndrome-ARDS).
Jika sudah mengalami kejadian ini maka pasien akan membutuhkan alat pernafasan.
"Bahkan setelah penyakit berlalu, cedera paru-paru akibat Covid-19 dapat menyebabkan kesulitan bernapas yang mungkin membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk membaik," ujar Dokter Spesialis paru dan pernapasan, dr. Amira Anwar, Sp.P,FAPSR dikutip SeputarTangsel.Com dari Antara pada Rabu 23 Maret 2022.
Baca Juga: Perbandingan Covid-19 Varian Omicron dan Delta, Mana yang Lebih Berbahaya Bagi Anak?
Gejala yang ditimbulkan pascaCovid-19 yaitu batuk berdahak/kering, sesak napas, merasa cepat capek, nyeri kepala, otot dan persendian, mood yang tidak stabil, sakit bagian dada, perubahan indera rasa dan bau, dan tanda-tanda lebih spesifik yang ditemukan saat melakukan cek laboratorium serta radiologi.
Amira juga menyatakan jika terdapat enam kelompok yang rentan terhadap post Covid-19 syndrome, yaitu perempuan, usia di atas 50 tahun, menunjukkan lima gejala saat terinfeksi, berkulit putih, memiliki komorbid, dan berat tubuh berlebih.
Terdapat tiga faktor yang berpengaruh pada kerusakan paru-paru pasien pascaCovid-19, yaitu:
1. Tingkat keparahan
Orang yang menunjukkan gejala ringan jarang menunjukkan cedera/parut yang menetap pada jaringan paru-paru.
2. Kondisi kesehatan
Penyakit bawaan dan lanjut usia sangat berpengaruh terhadap risiko kerusakan jaringan paru post Covid-19.
3. Tindakan pengobatan
Proses perawatan yang tepat dapat mengurangi risiko kerusakan paru-paru.
Baca Juga: WHO: AS Peringkat 1 dan Indonesia Peringkat ke 17 untuk Kasus Covid-19 Sedunia
Penanganan sindrom pernapasan pascaCovid-19 dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:
1. Terapi farmakologis yang akan dilakukan dengan memberi obat-obatan sesuai dengan tanda-tanda untuk mengurangi batuk dan sesak serta pemberian vitamin.
2. Terapi non-farmakologis dengan memberikan layanan rehabilitasi paru, terapi oksigen, psikoterapi dan olahraga yang disesuaikan dengan kemampuan serta nutrisi.
Amira menyarankan agar setiap penyintas Covid-19 dapat melakukan pengecekan ulang setelah sembuh, terutama untuk pasien yang memiliki komorbid.
Hal ini bertujuan agar pasien dapat sembuh total dan dapat melakukan kembali aktivitas seperti sedia kala.***