3 Negara Ini Nyatakan Merdeka dari Ancaman Pandemi Covid-19 Siap Berubah Jadi Endemi

- 3 Maret 2022, 09:43 WIB
Ilustrasi Covid-19 yang mulai jinak
Ilustrasi Covid-19 yang mulai jinak /WHO

SEPUTARTANGSEL.COM – Pandemi Covid-19 telah melanda dunia selama dua tahun. Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan jumlah pasien rawat inap meningkat dan angka kematian meningkat.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada akhir Januari 2022, varian Omicron telah merenggut sekitar 64.000 nyawa selama satu minggu secara global.

Namun pada akhir Februari 2022 kasus Covid-19 telah menurun di beberapa negara. Dan beberapa negara mulai mempertimbangkan mengubah status dari pandemi menjadi endemi Covid-19 pada titik waktu yang berbeda.

Baca Juga: Jokowi Dinilai Gagal Tangani Pandemi hingga Korupsi, Rizal Ramli: Luar Biasa Dongonya Ini, TKA China...

Bahkan terdapat juga negara yang menyatakan merdeka dari ancaman pandemi Covid-19.

Berikut ini rangkuman SeputarTangsel.Com dari berbagai sumber, tentang negara yang menyatakan bebas dari Covid-19.

1. Denmark

Negara ini telah mencabut hampir semua pembatasan virusnya, dengan mengatakan Covid-19 tidak lagi menjadi ancaman kritis.

“Sudah waktunya bagi denmark untuk memikirkan cara hidup baru dengan Covid mengingat bahwa peningkatan kasus Omicron tidak menyebabkan lonjakan yang setara dalam rawat inap dan kematian,” kata Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez, dikutip SeputarTangsel.Com dari bloomberg.com pada Kamis 3 Maret 2022.

Baca Juga: Varian Omicron Picu Lonjakan Kasus Covid-19 di Hongkong, Jumlah Kematian Lebihi Kapasitas Kamar Mayat

2. Inggris

Menteri Kabinet Inggris Nadhim Zahawi mengatakan dia berharap negaranya akan menjadi salah satu negara dengan kekuatan ekonomi besar, yang menunjukkan kepada dunia bagaimana Inggris telah bertransisi dari pandemi ke endemi.

“Inggris akan menjadi negara berkekuatan ekonomi yang bertransisi dari pandemi ke endemi, melalui beragam bahwa pengujian, vaksin termasuk booster, dan obat antivirus akan menjadi bagian penting dari strategi Inggris,” kata Nadhim Zahawi, dikutip SeputarTangsel.Com dari bloomberg.

3. Amerika Serikat

Presiden AS Joe Biden mengatakan dia yakin virus itu dapat dikendalikan dengan alat baru.

“Kita yakin virus dapat dikendalikan, penting untuk diingat bagaimanapun para pemimpin telah meremehkan Covid-19 selama pandemi,” kata Biden.

Juli 2022, Biden menyatakan bahwa AS hampir mencapai "kemerdekaan" dari virus corona.

Namun para peneliti AS memperingatkan bahwa pencabutan cepat penanggulangan Covid dapat berkontribusi pada peningkatan kasus.

Baca Juga: Wuhan dan Beijing Kembali Diserang Covid-19 Omicron, Tak Terkait dengan Olimpiade Musim Dingin 2022

Beberapa negara mulai mempertimbangkan perubahan status dari pandemi menjadi endemi Covid-19 pada titik waktu yang berbeda, berdasarkan tingkat kekebalan mereka.

Untuk mendukung status endemi, dua pertiga orang di negara-negara kaya telah menerima setidaknya satu dosis vaksin pada 2 Februari 2021.

Namun pada waktu yang sama, capaian vaksin baru 12% di negara-negara berpenghasilan rendah.

Di Portugal, sekitar 89% penduduknya divaksinasi lengkap, Covid sudah terlihat seperti penyakit endemi.

Di Afrika, sekitar 85% orang belum menerima dosis tunggal pada pertengahan Januari.

Sementara itu, data WHO memaparkan bahwa di China negara terpadat di dunia, telah menerapkan strategi dengan menargetkan kasus Covid-19 nol.

China menggunakan strategi lockdown ketat dan karantina ekstensif untuk memadamkan wabah. Jadi di Cina infeksinya rendah, tetapi kekebalan alami juga sedikit.

Baca Juga: Ratu Elizabeth Terpapar Covid-19, Sejumlah Dukungan Datang dari Rakyat

Sementara 87% dari populasi divaksinasi sepenuhnya, tidak jelas seberapa efektif suntikan China.

Pakar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr. Anthony S. Fauci mengatakan perubahan status Covid-19 masih terlalu dini.

Hal ini karena Omicron masih mengoyak beberapa populasi di dunia dan sebagian besar planet ini masih belum divaksinasi, pandemi belum berakhir.

"Menurunnya kekebalan, kantong orang yang tidak divaksinasi dan mutasi varian dapat mendorong wabah di masa depan," kata Fauci.

Pemerintah dalam tiap negara perlu menerapkan booster reguler, pelacakan mutasi yang cermat, pengawasan berkelanjutan, dan ventilasi yang lebih baik di gedung.

Pengaruh varian Omicron, sebagian besar infeksi bisa relatif ringan, seperti flu, tetapi sebagian kecil yang mengakibatkan penyakit parah akan bertambah.***

Editor: Dwi Novianto


Tags

Terkait

Terkini

x