Mengenal Suru, Cara Unik Makan Bubur dengan Sendok Ramah Lingkungan dari Daun Pisang

22 Februari 2022, 21:28 WIB
Suru, sendok unik ramah lingkungan dari daun pisang /SeputarTangsel.Com/Desi Dwiarti/

SEPUTARTANGSEL.COM - Bagaimana rasanya kalo bisa menyantap makanan dengan cara unik, sehat, sekaligus ramah lingkungan.

Suru adalah alternatif peralatan makan sekali pakai ramah lingkungan. Yang biasanya sendok terbuat dari bahan plastik yang sulit diuraikan oleh tanah, sehingga bisa mencemari lingkungan.

Sementara suru sebutan sendok yang dibuat dari daun pisang. Setelah selesai makan suru bisa langsung dibuang ke tempat sampah organik dan bisa terurai dengan tanah.

Baca Juga: Resep Nasi Bakar Lezat, Ide untuk Jualan dengan Modal Kecil

Tak hanya ramah lingkungan, makan dengan suru ini memberikan sensasi tersendiri, aroma wangi dari daun pisang sebagai pembungkus bubur, nasi atau olahan lain, menambah nikmat.

Daun pisang yang dipakai untuk suru ini berukuran kecil memanjang, dengan lebar 3-5 cm. Biasanya didapatkan dari menyobek sedikit dari daun pembungkus olahan.

Cara makannya pun mudah, daun yang kecil memanjang dilipat menjadi satu, kemudian ditekuk sedikit.

Baca Juga: 4 Ciri Warung Bakso yang Gunakan Jin Penglaris, Ternyata Pakai Ludah Tuyul! Simak Lengkapnya di Sini

Aneka olahan makanan yang sering dimakan menggunakan suru, biasanya berbungkus daun pisang diantaranya:

Bubur beras

Bubur yang terbuat dari campuran beras, air maupun santan dengan ditambah garam dan rempah-rempah ini biasa ditemui di pasar tradisional dan warung kecil.

Bubur ini kebanyakan dimasak menggunakan kuali yang terbuat dari tanah liat, menambah aroma masakan bubur.

Tape ketan

Olahan tape ketan ini banyak ditemui di tempat hajatan di Pulau Jawa. Tape dibungkus dengan daun pisang, kemudian untuk sendoknya bisa menggunakan daun, mengambil sebagian dari bungkus tape.

Jika dalam hajatan disediakan emping melinjo, sendok biasanya menggunakan emping. Namun ada sebagian orang yang menghindari makan emping, sendok yang digunakan adalah suru.

Baca Juga: 5 Makanan yang Disajikan Masyarakat Tionghoa Saat Merayakan Imlek Beserta Filosofi dan Maknanya

Nasi pecel

Sebagian orang Jawa masih menyantap makanan olahan pecel, yang menggunakan alas daun atau dipincuk.

Jenang Sumsum dan lainnya

Masyarakat Jawa biasa menyebut olahan bubur selain yang terbuat dari beras dengan sebutan jenang.

Jenang sumsum yang terbuat dari tepung sagu yang berwarna merah dan tepung beras yang berwarna putih maupun coklat.

Biasa ditemui di tempat hajatan, pasar tradisional, warung kecil di pedesaan.

Di pedesaan, jenang sumsum dibungkus dengan daun pisang dan sendok pincuk suru, sedangkan di perkotaan, dikemas menggunakan mangkok ataupun gelas plastik.

Dikutip SeputarTangsel.Com dari Warisan Budaya Takbenda Indonesia, Kemendikbud, pada Selasa, 22 Februari 2022, dinamakan sumsum yang merupakan kumpulan sel darah merah dalam tulang manusia.

Diberi nama jenang sumsum karena jenang tersebut berwarna merah mirip dengan sumsum.

Jenang ini dipercaya masyarakat Yogyakarta dapat berfungsi memulihkan sel sumsum akibat kecapekan habis melakukan suatu hajatan tertentu.

Dengan memakan bubur sumsum yang rasanya manis dan lembut, orang yang terlibat dalam hajatan tersebut, stamina tulang sumsum, fungsi pencernaan dapat pulih kembali.

Jenang sumsum merupakan makanan khas Yogyakarta karena sudah mentradisi dan disukai oleh segala lapisan masyarakat dan mudah ditemukan sebagai makanan jajanan pasar.***

Editor: Dwi Novianto

Tags

Terkini

Terpopuler