Tradisi Betawi yang satu ini memang unik dan memiliki kekhasan tersendiri yang menjadi daya tarik bagi masyarakat di luar suku Betawi.
Di sini lah sebutan Betawi Kagak Ada Matinye. Karena, selain menghibur, tradisi ini memiliki segudang kesenian dan makna tersendiri.
Baca Juga: BNPB: Gempa Magnitudo 6,8 di Morotai Merusak Ratusan Rumah Warga di Enam Kecamatan
"Karena mayoritas orang Betawi itu biasanya cenderung kekeuh pada adat istiadatnya, karena palang pintu itu yang mudah-mudahan mungkin dapat memberi contoh dalam kehidupan ke depannya," ujar H Muslih, Guru Besar Perguruan Silat Selempang Betawi kepada Seputartangsel.com.
Di dalam tradisi palang pintu yang menjadi rangkaian acara pernikahan, diawali pembacaan selawat kepada Nabi Muhammad SAW, diiringi dengan rebana dan penampilan jawara.
Diikuti kemudian degan pembacaan salam, berdialog pantun yang berisi maksud dan tujuan kedatangan, dilanjutkan adu jurus pukulan (silat) untuk membuka palang pintu yang pada akhirnya dimenangkan oleh pihak laki-laki dan diakhiri dengan pembacaan sikeh/mengaji.
Baca Juga: Positif Covid-19 Tambah 6 Orang dan 479 Masih Dirawat, Tangsel Simulasi New Normal
"Sepasang pengantin minta dirayain dalam pernikahannya seolah-olah dia harus minta dikawal dengan adanya budaya palang pintu karena tujuannya supaya si pengantin ini dia merasa meriah," menurut H Muslih.
Masyarakat Betawi menyukai kemeriahan. Dan palang pintu dihadirkan untuk memeriahkan suasana pesta pernikahan.