Puasa Syawal atau Dahulukan Qadha Bayar Utang Puasa Ramadhan?

14 Mei 2021, 17:47 WIB
Ilustrasi. Mana lebih utama, puasa Syawal atau qadha bayar utang puasa Ramadhan? /Unsplash.com/ Artur Aldyrkhanov

SEPUTARTANGSEL.COM – Puasa Syawal adalah puasa yang dilaksanakan pada bulan Syawal selama enam hari berturut-turut atau pun tidak berturut-turut. Keutamaannya, seperti berpuasa setahun penuh.

Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim)

Biasanya, di kalangan perempuan, sering muncul pertanyaan, puasa Syawal lebih dahulu atau mengutamakan membayar qadha utang puasa Ramadhan (karena haid).

Baca Juga: Grebeg Syawal 2021 Ditiadakan Keraton Yogyakarta Guna Cegah Penularan Covid-19

Berdasarkan hadis di atas, banyak umat Islam ingin meraihnya. Namun, untuk perempuan yang sudah baligh, sulit untuk dilaksanakan.

Perempuan sudah baligh hampir semuanya mempunyai utang berpuasa dengan waktu bervariasi, lantaran mendapatkan menstruasi atau haid di bulan Ramadhan.

Utang tersebut harus dibayarkan setelah bulan Ramadhan dan disebut sebagai qadha. Qadha adalah utang dan harus dibayarkan oleh siapa saja yang berhalangan dengan alasan syar’i tidak melaksanakan puasa Ramadhan.

Baca Juga: Ibadah Puasa Menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah, Simak Penjelasannya

Jika diambil rata-rata qadha puasa selama 6 hari ditambah 6 hari Syawal, maka semuanya menjadi 12 hari. Hal yang belum tentu dapat dilaksanakan. Mengingat perempuan di bulan Syawal juga kemungkinan besar bertemu dengan masa haid dan tidak dapat melaksanakan puasa kembali.

Hitungan di atas akan membuat banyak perempuan kemungkinan tidak mendapatkan keutamaan Syawal.

Tidak ada hadis yang dapat dijadikan rujukan tentang boleh atau tidaknya mendahulukan puasa Syawal dari qadha. Oleh karena itu, ulama berijtihad.

Baca Juga: Masih Sering Berbuka Puasa Dengan Gorengan? Wajib Tau, Simak Penjelasan Ahli Gizi

Menurut Ustadz Adi Hidayat yang dikutip SeputarTangsel.Com dari Channel Youtube Teman Hijrah, ada dua pendapat ulama tentang puasa Syawal.

Pendapat pertama, puasa Qadha harus didahulukan karena merupakan kewajiban. Hukum wajib lebih utama dilaksanakan daripada sunnah. Selain itu, tidak ada yang tahu apakah usia manusia cukup untuk menuntaskannya.

Adapun jika tidak sampai melaksanakan puasa Syawal, niatnya sudah sampai dan akan mendapatkan pahala dari Allah.

Baca Juga: Hadis-Hadis Nabi Seputar Keistimewaan Puasa (Seri 1)

Kedua, pendapat lebih longgar yang menyatakan boleh mendahulukan puasa Syawal dengan merujuk Al Quran Surat Al Baqarah (2) ayat 184.

“(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin.”

Dalam ayat tersebut tidak ada ketentuan kapan melaksanakan qadha puasa. Yang penting sebelum Ramadhan berikutnya.

Baca Juga: Sering Merasa Lemas dan Pusing Saat Puasa? Begini Saran Ahli Gizi

Hal senada ditegaskan pula oleh Ustadz Abdul Somad dan Dr Rozaimi dalam channel Youtube Tetesan Ilmu.

Ustadz Abdul Somad memberikan tambahan penjelasan, boleh menggabungkan puasa qadha dan Syawal tanpa perlu menyebutkan niatnya sunnah. Namun, berdasarkan Madzhab Syafi’i yang membolehkan penggabungan, tetap lebih afdol jika dipisahkan.

Seseorang yang sudah berniat puasa qadha dan belum sempat melaksanakan puasa Syawal hingga bulannya berlalu, maka dia sudah sekaligus melaksanakan pahala keduanya. ***

Editor: Sugih Hartanto

Tags

Terkini

Terpopuler