Baca Juga: Jalan Malioboro di Yogyakarta akan Ditutup Permanen Bagi Kendaraan Bermotor
Kejadian tersebut semakin memanas setelah Presiden Prancis, Emmanuel Macron pada 2 Oktober 2020 menyampaikan pidato di hadapan anggota dewan, kepala daerah, dan perwakilan kelompok masyarakat sipil, terkait pentingnya mempertahankan nilai-nilai mendasar di Prancis.
Beberapa pekan kemudian, guru yang bernama Samuel Paty tersebut tewas dipenggal. Presiden Macron kembali menegaskan pemerintah bersama rakyat Prancis akan terus mempertahankan nilai-nilai kebebasan yang jadi dasar terbentuknya republik.
Baca Juga: Update Corona Indonesia 1 November: Spesimen Covid-19 Diperiksa Sedikit, Tambahan Kasus Turun
Baca Juga: Aparat Polres Tangsel Tangkap Perampok Bersenjata Airsoft Gun di Gading Serpong
Menurut Macron, “Islam separatis” adalah ancaman bagi masyarakat Prancis.
Istilah itu merujuk pada sekelompok penganut Islam ekstremis/fanatik yang “melenceng” dari nilai-nilai republik.
Seperti dikutip Seputartangsel.com dari Antara, salah satu tokoh yang menanggapi kejadian ini adalah Syekh Abdur Rahman Al-Sudais, Imam Besar Masjidil Haram dan juga Kepala Presidensi Umum untuk Urusan Dua Masjid Suci.
Pada mimbar Jumat, 30 Oktober 2020 di Masjidil Haram Mekkah, Arab Saudi, Syekh Sudais menyebutkan bahwa Islam bersih dari label tuduhan terorisme.
Baca Juga: Hari Pertama Arus Balik Libur Panjang dan Cuti Bersama, 160 Ribu Kendaraan Menuju Jakarta
Baca Juga: Pemerintah Instruksikan Pemda Tak Naikkan Upah Minimum, Tiga Gubernur Ini Membangkang