Network
SEPUTARTANGSEL.COM - Perayaan terbesar di Korea Selatan, Chuseok, kali ini berbeda dengan sebelumnya akibat pandemi Covid-19.
Chuseok secara tradisional dirayakan dengan kunjungan ke kampung halaman, pertemuan keluarga, dan memberi penghormatan kepada leluhur.
Dikutip Seputartangsel.com dari Union of Catholic Asian News, Chuseok ini merupakan perayaan besar.
Baca Juga: Indra Sjafri Berharap Elkan Baggott Menambah Kekuatan Pertahanan Timnas Indonesia U-19
Namanya berarti malam musim gugur. Tetapi tahun ini terasa senyap karena banyak orang Korea memilih melakukan ritual secara online.
Pemakaman dan taman peringatan sepi ketika periode liburan perayaan lima hari yang dimulai pada 30 September lalu.
Tradisi umum mengunjungi makam leluhur berubah kali ini. Tahun ini banyak taman peringatan di seluruh negeri tutup selama liburan untuk mencegah penyebaran virus corona.
Baca Juga: Demo Mahasiswa Padati Simpang Tiga Harmoni, Polisi Tutup Akses Jalan Ke Istana Merdeka
Kementerian Patriot dan Urusan Veteran, departemen pemerintah yang menjaga pemakaman nasional, melarang masuk ke sebelas pemakaman dari 30 September hingga 4 Oktober.
Pengalaman Chuseok yang berbeda ini dirasakan ibu rumah tangga di Seoul, Cecil Kim Hyo-jeong, yang berumahtangga sejak 2003.
"Mengunjungi orang tua suami saya di Busan selama liburan seperti Hari Chuseok. Kami juga biasanya pergi ke makam kakek nenek dan membicarakan mereka. Namun, Chuseok kali ini kami tidak bisa," katanya.
Baca Juga: Pemain Arema FC, Bruno Smith Dinyatakan Positif Covid-19
"Kami takut dapat membawa virus Covid-19 ke mertua kami yang sudah lanjut usia. Kami hanya tinggal di rumah selama libur panjang ini. Saya pikir virus itu bahkan merenggut tradisi dan liburan keluarga kami."
Taman peringatan terbesar di bawah Pemerintahan Metropolitan Incheon biasanya dikunjungi sekitar 3 ribu pengunjung setiap hari. Tetapi kali ini ditutup.
Kementerian Kesehatan telah bekerja sama dengan Institut Kebijakan dan Kebudayaan Pemakaman Korea untuk menyediakan sistem informasi pemakaman e-sky.
Baca Juga: Kabar Baik, Pemain Ipswich Town Gabung TC Timnas U-19 di Kroasia
Dengan sistem ini maka dapat melakukan kunjungan online ke taman peringatan di seluruh negeri. Keluarga dapat menghiasi makam online dengan album foto dan berbagi layanan peringatan melalui media sosial.
Dalam survei platform e-commerce TMON, 47 persen responden Korea mengatakan mereka lebih suka menghabiskan liburan Chuseok di lingkaran anggota keluarga dekat. Sementara 18 persen lebih suka melewatkan pertemuan dengan anggota keluarga.
Kekhawatiran atas gelombang baru infeksi telah memaksa pemerintah untuk menerapkan aturan jaga jarak level 2.
Baca Juga: WALHI: Pengesahan UU Cipta Kerja Adalah Persekongkolan Jahat
Pertemuan dalam ruangan hanya dapat diikuti 50 orang dan pertemuan luar ruangan dengan 100 orang.
Hal ini akibat peningkatan infeksi Covid-19 di Korea Selatan pada pertengahan Agustus dan September.
Oleh sebab itu memaksa pemerintah untuk menerapkan aturan jaga jarak dan tindakan pencegahan lainnya.
Baca Juga: Tangkap 40 Remaja Ikut Demo Tolak UU Cipta Kerja, Polisi: Dikhawatirkan Kelompok Anarko
Kebijakan pemerintah lainnya selama Chuseok termasuk larangan makan di tempat makan pinggir jalan. Orang juga harus membayar saat mengemudi di jalan tol nasional. Biasanya biaya ini dibebaskan selama perayaan liburan.
Chuseok, juga disebut Hangawi. Sebuah perayaan panen. Para peserta menyantap kue beras yang disebut ‘songpyeon’.
Baca Juga: Antisipasi Demo Mahasiswa dan Buruh, Polda Metro Jaya Alihkan Lalu Lintas di Kawasan Istana Merdeka
Media lokal melaporkan bahwa liburan tahun ini telah menyebabkan konflik antar generasi antara tua dan muda.
Yang pertama bersikeras menghabiskan liburan secara individu. Sementara yang terakhir lebih memilih untuk bertemu dengan anggota keluarga.***
