PBB Kutuk Serangan yang Menewaskan Anggota Pasukan Perdamaian dari Indonesia di Kongo

- 25 Juni 2020, 11:21 WIB
Dokumentasi - Anggota Pasukan Garuda dalam Satgas Kompi Zeni TNI Konga XX-Q MONUSCO mengikuti upacara pemberangkatan di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Kamis 30 Januari 2020). Pasukan Garuda Satgas Kompi Zeni TNI Konga XX-Q MONUSCO pada misi PBB di Kongo, Afrika menggantikan Satgas Kizi TNI Konga XX-P MONUSCO dengan jumlah 175 personel terdiri dari 153 prajurit TNI AD, 17 prajutit TNI AL, dan 5 prajurit TNI AU.
Dokumentasi - Anggota Pasukan Garuda dalam Satgas Kompi Zeni TNI Konga XX-Q MONUSCO mengikuti upacara pemberangkatan di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Kamis 30 Januari 2020). Pasukan Garuda Satgas Kompi Zeni TNI Konga XX-Q MONUSCO pada misi PBB di Kongo, Afrika menggantikan Satgas Kizi TNI Konga XX-P MONUSCO dengan jumlah 175 personel terdiri dari 153 prajurit TNI AD, 17 prajutit TNI AL, dan 5 prajurit TNI AU. /- Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/aww

Selain Serma Rama yang gugur, seorang anggota lainnya juga dikabarkan terluka. Namun, ia selamat dan saat ini kondisinya stabil, kata PBB dalam laman resminya.

Lacroix memastikan aksi teror tersebut harus ditindak oleh aparat hukum.

Baca Juga: Pemerintah Apresiasi Keputusan Arab Saudi Kedepankan Keselamatan Jemaah Haji

Dalam cuitannya Lacroix juga menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Indonesia karena senantiasa mendukung PBB dan Misi Perdamaian PBB.

Dalam kesempatan berbeda, Sektretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan ucapan bela sungkawa kepada keluarga Serma Rama dan Pemerintah Indonesia.

Ia menyebut serangan terhadap pasukan perdamaian PBB sebagai bagian dari kejahatan perang.

Baca Juga: Netty: Nakes Jadi Korban Karena APD Tidak Standar, Kok Malah Mau Ekspor? Jaka Sembung Naik Ojek

Untuk itu, Guterres mendesak Pemerintah Republik Demokratik Kongo untuk menyelidiki dan membawa para pelaku ke pengadilan.

Tidak hanya itu, ia juga mengutuk keras serangan tersebut.

Pelaku serangan, ADF, merupakan gerilyawan bersenjata yang memindahkan aksi terornya dari Uganda ke Republik Demokratik Kongo pada 1990-an. ADF mulanya menyebar teror karena menentang pemerintahan Presiden Uganda Yoweri Museveni.

Halaman:

Editor: Sugih Hartanto

Sumber: Permenpan RB


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah