Nantinya, dengan hanya memantau frekuensi radio dan sinyal radar, sebuah negara dapat melacak kapal yang masuk wilayahnya meski sudah mencoba menghindari deteksi.
Mitra Asia Tenggara di Pusat Studi Strategis dan Internasional yang berbasis di AS, Greg Poling menilai rencana Quad ambisus, tetapi sangat membantu.
"Upaya ini secara serius dapat menurunkan biaya dan meningkatkan kemampuan pemantauan penangkapan ikan ilegal dan perilaku maritim China," kata Greg Poling dilansir SeputarTangsel.Com dari Al Jazeera, Sabtu 28 Mei 2022.
China diketahui memang mempunyaii 3.000 kapal dan merupakan armada terbesar di dunia.
Baca Juga: Departemen Kehakiman AS Tuduh Taipan Kasino Sebagai Agen China
Disubsidi besar-besaran oleh pemerintahnya, armada China menduduki peringkat terburuk di Global Illegal Fishing Index. Sebuah lembaga yang melacak penangkapan ikan ilegal, tidak sah, dan tidak diatur di seluruh dunia.
Kapal-kapal China telah dituduh menangkap ikan tanpa izin, setidaknya 237 kali selama empat tahun sejak 2015. Bahkan, beberapa kapal sudah ditahan, karena penangkapan ilegal di Vanuatu, Palau, Malaysia dan Korea Selatan.
Selain dituduh menangkap ikan secara ilegal, kapal-kapal China juga dituduh menargetkan kehidupan laut yang terancam punah dan dilindungi di seluruh dunia.
Pemerintah China di Beijing menolak semua tuduhan yang diberikan kepada kapal-kapalnya. Mereka menegaskan, sangat mematuhi peraturan internasional. ***