Volodymyr Zelensky Minta Sanksi Boikot Rusia Jika Invasi ke Ukraina Terus Meningkat

- 8 Maret 2022, 12:24 WIB
Presiden Rusia, Volodymyr Zelensky meminta negara Barat memberi sanksi baru terhadap Rusia
Presiden Rusia, Volodymyr Zelensky meminta negara Barat memberi sanksi baru terhadap Rusia /Reuters/

SEPUTARTANGSEL.COM - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyerukan sanksi internasional baru terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina.

Zelensky mengusulkan boikot minyak Rusia dan ekspor Rusia lainnya menghentikan impor ke Rusia, disampaikan dalam pidatonya Senin 7 Maret 2022.

Zelensky mengatakan bahwa sanksi Barat yang dijatuhkan atas serangan militer Rusia telah mengisolasi Rusia hingga ke tingkat krisis ekonomi yang belum pernah dialaminya.

Baca Juga: 9 Daftar Negara Besar yang Beri Sanksi Terhadap Rusia Imbas Penyerangan ke Ukraina

Dia meminta agar Rusia dikenakan sanksi baru, dan tekanan ekonomi untuk Rusia perlu ditingkatkan.

"Jika invasi berlanjut dan Rusia tidak membatalkan rencananya terhadap Ukraina, maka paket sanksi baru diperlukan demi perdamaian," katanya dalam pidato video, dikutip SeputarTangsel.Com dari Reuters pada Selasa 8 Maret.

"Boikot impor ke Rusia - jika mereka tidak mematuhi aturan beradab, maka mereka tidak boleh menerima barang dan jasa dari peradaban, biarkan perang menjadi makanan mereka," katanya.

Baca Juga: PBB Klaim Serangan Rusia Telah Tewaskan Lebih dari 350 Warga Ukraina

Negara-negara Barat telah menjatuhkan sanksi berat pada Rusia untuk mengisolasinya dari perdagangan global.

Rusia bersiap untuk masa depan yang tidak pasti dari inflasi yang melonjak, kesulitan ekonomi, dan tekanan yang lebih tajam pada barang-barang impor.

Rubel kehilangan sekitar sepertiga dari nilainya minggu lalu, setelah sanksi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Negara-negara Barat sepakat menjatuhkan sanksi untuk menghukum Rusia karena menyerang Ukraina.

Baca Juga: Vladimir Putin Minta Ukraina Menyerah Saat Warga Mariupol Terperangkap

Langkah itu membekukan sebagian besar cadangan bank sentral senilai $640 miliar dan melarang beberapa bank dari sistem pembayaran global SWIFT. Kondisi ini telah membuat rubel jatuh bebas

Bisnis internasional terkemuka telah memutuskan hubungan dengan Rusia. Bahkan Moscow dikucilkan oleh badan-badan olahraga dan hiburan.

Rusia membantah sengaja menargetkan warga sipil. Rusia menyebut kampanye yang diluncurkan pada 24 Februari sebagai operasi militer khusus untuk melucuti senjata Ukraina dan menyingkirkan para pemimpin yang digambarkannya sebagai neo-Nazi.

Ukraina dan sekutu Baratnya menyebut ini sebagai dalih transparan untuk invasi menaklukkan negara berpenduduk 44 juta orang itu.***

Editor: Dwi Novianto


Tags

Terkait

Terkini