Harga Minyak Dunia Tergelincir Setelah Sebelumnya Naik Tajam Imbas dari Invasi Rusia ke Ukraina

- 26 Februari 2022, 11:49 WIB
Ilustrasi harga minyak dunia yang sempat naik tajam kini tergelincir
Ilustrasi harga minyak dunia yang sempat naik tajam kini tergelincir /REUTERS/null/

SEPUTARTANGSEL.COM - Harga minyak dunia sempat naik tajam, namun pada akhir perdagangan Jumat 25 Februari 2022 atau Sabtu dini hari WIB harga minyak tergelincir.

Sejumlah pengamat sempat mengkhawatirkan melonjaknya harga minyak karena terganggunya pasokan global, akibat sanksi ekonomi yang diberikan kepada eksportir minyak utama Rusia.

Invasi Rusia terhadap Ukraina telah mengakibatkan ketidakstabilan harga minyak dunia. Harga minyak tergelincir pada akhir perdagangan Sabtu pagi WIB. Harga minyak sempat naik tajam di awal sesi di tengah kekhawatiran atas potensi gangguan pasokan global akibat invasi Rusia.

Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina Bergolak, Emil Salim: Menandakan Tak Berubahnya Perang Dingin Negara Kapitalis Vs Komunis

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April merosot 1,15 dolar AS atau 1,2 persen, menjadi menetap di 97,93 dolar AS per barel, setelah naik setinggi 101,99 dolar AS. Kontrak Mei yang lebih aktif berkurang 1,30 dolar AS atau 1,4 persen, menjadi 94,12 dolar AS per barel.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret terpangkas 1,22 dolar AS atau 1,3 persen, menjadi menetap di 91,59 dolar AS per barel, setelah mencapai tertinggi sesi di 95,64 dolar AS.

Dikutip SeputarTangsel.Com dari Antara, pada Sabtu 25 Februari 2022, untuk minggu ini harga minyak Brent naik sekitar 4,7 persen, sementara minyak WTI berada di jalur naik sekitar 0,6 persen.

Baca Juga: Serial The Simpsons Sudah Prediksi Perang Rusia-Ukraina Sejak 1998

Invasi Rusia ke Ukraina yang terjadi sejak Kamis telah mendorong harga minyak di atas 100 dolar AS per barel untuk pertama kalinya sejak 2014, dengan harga minyak Brent menyentuh 105 dolar AS, sebelum memangkas keuntungan pada penutupan perdagangan.

Serangan itu adalah serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia II, yang mendorong puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka.

Rudal Rusia menggempur Kyiv, pada Jumat, keluarga-keluarga ketakutan di tempat penampungan dan pihak berwenang mengatakan kepada penduduk untuk menyiapkan bom Molotov untuk mempertahankan ibu kota Ukraina.

Sejak Jumat, Presiden AS Joe Biden menanggapi invasi dengan gelombang sanksi yang menghambat kemampuan Rusia untuk melakukan bisnis dalam mata uang utama, bersama dengan sanksi terhadap bank-bank dan perusahaan milik negara.

Baca Juga: Pembalap F1 Sebastian Vettel, Max Verstappen, dan Haas Pilih untuk Tidak Ikut dalam Ajang Grand Prix Rusia

Tak hanya AS, sejumlah negara, yakni Inggris, Jepang, Kanada, Australia, dan Uni Eropa, juga meluncurkan sanksi, termasuk langkah Jerman untuk menghentikan sertifikasi pipa gas Rusia senilai 11 miliar dolar AS.

Namun aliran minyak dan gas Rusia tidak secara khusus ditargetkan oleh sanksi. Negara ini adalah produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia dan penyedia gas alam utama ke Eropa.

"Sebanyak 2,3 juta barel per hari dari 4,6 juta barel per hari ekspor minyak mentah Rusia dikirim ke Barat," kata Wood Mackenzie.

Biden mengatakan Amerika Serikat sedang bekerja dengan negara-negara lain dalam pelepasan gabungan minyak tambahan dari cadangan minyak mentah strategis mereka.

"Jelas pembicaraan tentang SPR (Cadangan Minyak Strategis) masih ada dan itu menjadi faktor negatif, tetapi ketidakpastian memasuki akhir pekan akan mendukung," kata Analis Senior Price Futures Group,Phil Flynn, di Chicago.

Sementara itu, China telah meningkatkan pembelian cadangan minyaknya tahun ini bahkan ketika harga minyak melonjak, meskipun ada seruan dari Washington untuk rilis cadangan terkoordinasi global untuk membantu mendinginkan pasar.

Pembeli utama minyak Rusia sedang berjuang untuk mendapatkan jaminan di bank-bank Barat atau menemukan kapal, sumber mengatakan kepada Reuters.

Kesepakatan di antara produsen minyak OPEC+ tidak menunjukkan celah sejauh ini, sumber OPEC+ mengatakan kepada Reuters, dan kelompok itu kemungkinan akan tetap pada rencana kenaikan produksi 400.000 barel per hari pada April meskipun minyak mentah mencapai 100 dolar AS per barel.

Aliansi, yang mengelompokkan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan produsen termasuk Rusia, akan bertemu pada Rabu (2 Maret 3022) untuk membuat keputusan.

Dalam indikasi pasokan AS di masa depan, jumlah rig pengeboran minyak naik 2 menjadi 522 dalam seminggu hingga 25 Februari.***

Editor: Dwi Novianto


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah