SEPUTARTANGSEL.COM - Para Ahli kesehatan menyatakan keraguannya pada laporan munculnya varian mutasi Covid-19 baru deltacron, hasil gabungan dari varian delta dan omicron, menyebut adanya kemungkinan kesalahan pemrosesan di lab.
Para peniliti di Siprus akhir pekan lalu telah menemukan sebuah strain yang berpotensi menjadi varian baru. Menurut Boomberg News pada hari Sabtu Leonidas Kostrikis, profesor sains biologis di University of Cyprus telah memberikan nama "deltacron", karena tanda-tanda genetiknya yang menyerupai omicron di antara genom delta.
Dikutip Seputartangsel.com dari CNBC 10 Januari 2022, Kostrikis dan timnya mengatakan mereka telah menemukan 25 kasus mutasi. Dalam laporannya ia menambahkan masih terlalu dini untuk mengetahui apakah ada kasus lebih banyak dari strain baru tersebut atau dampak apa saja yang dapat dihasilkan.
Baca Juga: Ferdinand Hutahaean Ditahan? Jika Tidak, Nicho Silalahi Ajak Rakyat Turun ke Jalan
Laporan tersebut telah dikirimkan kepada GISAID, database internasional yang melacak perubahan pada virus-virus pada 7 Januari 2022 silam.
Meskipun demikian, para ahli menyuarakan keraguan terhadap penemuan ini. Salah satu pejabat WHO dalam tweetnya padah hari Minggu mengatakan bahwa deltacron, yang sempat menjadi trending di media sosial akhir pekan lalu, "tidaklah nyata" dan bisa jadi disebabkan oleh artefak dari proses sequencing, sebuah variasi yang muncul akibat proses non-biologis.
Ahli Covid WHO Dr. Krutika Kuppalli pada Twitternya mengatakan bahwa kasus ini kemungkinan terjadi karena kontaminasi lab yang terdiri dari fragmentasi Omicron dalam sebuah spesimen Delta.
"Mari kita jangan gabung nama-nama penyakit menular, dan biarkan para pasangan selebriti saja yang melakukannya," candanya.
Okay people let’s make this a teachable moment, there is no such thing as #Deltacron (Just like there is no such thing as #Flurona) #Omicron and #Delta did NOT form a super variant
This is likely sequencing artifact (lab contamination of Omicron fragments in a Delta specimen) https://t.co/DDvM24bt9g— Krutika Kuppalli, MD FIDSA (@KrutikaKuppalli) January 9, 2022
Para ilmuwan lainnya telah bersepakat bahwa penemuan tersebut dapat berupa akibat dari kesalahan di lab. Ahli virus dari Imperial College London, Tom Peacock juga dalam tweetnya menyebut bahwa sequence Deltacron dari Siprus yang dilaporkan beberapa media besar terlihat jelas adalah kontaminasi.