Sejumlah Pihak Kecam Kepergian Ashraf Ghani dari Afghanistan, Sebut Tidak Patriotik dan Aib

- 16 Agustus 2021, 10:47 WIB
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani berbicara di parlemen di Kabul, Afghanistan 2 Agustus 2021.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani berbicara di parlemen di Kabul, Afghanistan 2 Agustus 2021. / REUTERS/Stringer/

SEPUTARTANGSEL.COM - Kelompok Taliban telah berhasil menguasai ibu kota Afghanistan, Kabul, usai merebut kota-kota besar di negara tersebut dalam waktu seminggu terakhir ini.

Keberhasilan Taliban memasuki ibu kota Afghanistan membuat Presiden Ashraf Ghani dan beberapa anggota kabinetnya melarikan diri dari negara tersebut ke Tajikistan pada Minggu, 15 Agustus 2021 malam.

Informasi melarikan dirinya Ashraf Ghani dikabarkan oleh Ketua Dewan Tinggi untuk Rekonsiliasi Nasional (HCNR), Abdullah Abdullah melalui sebuah video yang diunggah di halaman Facebook pribadinya.

Baca Juga: Taliban Sebut Perang Telah Berakhir Setelah Presiden Larikan Diri dari Ibu Kota Afghanistan, Ini Respons AS

"Mantan Presiden Afghanistan telah melarikan diri. Dia telah meninggalkan Afghanistan. Untuk itu, Tuhan akan meminta pertanggungjawabannya," kata Abdullah, dikutip SeputarTangsel.Com dari laman resmi Al Jazeera, Senin, 16 Agustus 2021.

Kepergian Ghani dari Afghanistan Ashraf Ghani telah membuat sejumlah pihak di negara itu merasa marah dan bingung ketika kelompok bersenjata Taliban berusaha merebut kembali kekuasaan 20 tahun setelah digulingkan dalam invasi militer pimpinan Amerika Serikat (AS).

Seorang politisi dari Provinsi Timur Afghanistan yang tidak ingin disebutkan namanya mengungkapkan kepergian Ghani sebagai sebuah aib.

Baca Juga: Taliban Kuasai Ibu Kota Afghanistan, AS Tolak Dibandingkan dengan Perang Vietnam

Dia menuduh Ghani yang sebelumnya mengatakan akan menjaga masyarakat Afghanistan dari serangan Taliban adalah sebuah kebohongan.

Pada Sabtu, 14 Agustus 2021, Ghani telah berjanji akan berkonsentrasi untuk mencegah terjadinya ketidakstabilan dan kekerasan.

Namun, beberapa jam usai pernyataannya itu, kota-kota besar di Afghanistan seperti Jalalabad dan Mazar-i-Sharif telah berhasil jatuh ke tangan Taliban.

Baca Juga: Taliban Menguasai Kabul dan Memasuki Istana Setelah Presiden Afghanistan Melarikan Diri

Sebelum Ghani melarikan diri, Kritik juga datang dari Mantan Komandan Provinsi Utara Balkh, Atta Mohammad Noor yang menyebut pemerintah mempunyai rencana besar yang terorganisir dan pengecut.

Dia memiliki keyakinan bahwa jatuhnya kabupaten dan provinsi di Afghanistan dalam beberapa pekan terakhir adalah bagian dari semacam rencana tak terhitung yang mungkin telah dilakukan pemerintah, tetapi dirahasiakan dari masyarakat.

Hal senada juga diungkapkan oleh Mantan Komandan Mujahidin Provinsi Barat Herat, Ismail Khan Pada bulan Juli 2021. Dia mengklaim ada rencana di balik kejatuhan distrik di negara itu.

Baca Juga: AS Mengirim Utusan ke Qatar untuk Tekan Taliban Agar Akhiri Serangan

Orang lain yang mengkritik kepergian Ghani adalah seorang mantan anggota Dewan Keamanan Nasional (NSC) yang tidak ingin disebutkan namanya mengungkapkan kekecewaannya atas tindakan Presiden Afghanistan itu.

Dia menyebut Ghani sebagai seseorang yang tidak patriotik dan menyedihkan. Menurutnya, Presiden Afghanistan itu telah membuat Kota Kabul menjadi kacau.

"Dia menyebabkan kekacauan di kawasan itu, memecah belah rakyat, menciptakan permusuhan di antara kelompok-kelompok etnis dan merusak demokrasi,” ucapnya.

Baca Juga: Taliban Berhasil Kuasai Ibu Kota Provinsi dan Bunuh Juru Bicara Pemerintah di Zaranj

Seorang aktivis hak-hak perempuan juga mengatakan bahwa kepergian Ghani yang meninggalkan sebanyak 38 juta masyarakat Afghanistan bukanlah menjadi fokus utama saat ini.

Dia mengungkapkan saat ini yang bertanggung jawab atas kondisi di Afghanistan adalah Taliban.

Menurutnya, Taliban mempunyai peran besar untuk tidak mengulangi kesalahannya di masa lalu dan dapat membuktikan pemerintahan yang baik di masa depan.

"Mereka harus membuktikan ke-Aghanian mereka dengan menunjukkan bahwa mereka akan menawarkan kita sesuatu yang berbeda dari masa lalu,” ujar aktivis perempuan tersebut.

Salah seorang Mantan Duta Besar Afghanistan juga mengatakan bahwa sejarah tidak akan mengingat Ghani sebagai seorang presiden yang baik karena telah meninggalkan negara itu tanpa mengatur transisi politik yang tertib dan damai.

Kritik keras juga disampaikan oleh Mantan Kepala Intelijen, Rahmatullah Nabil yang mengatakan sikap Ghani kerap berkebalikan dengan apa yang dikatakannya selama tujuh tahun terakhir memimpin Afghanistan.***

Editor: Harumbi Prastya Hidayahningrum

Sumber: Al Jazeera


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah