Korsel dan AS Akan Latihan Militer Bersama, Korea Utara Singgung Krisis Keamanan Besar

- 11 Agustus 2021, 16:08 WIB
Bendera Korea Utara berkibar di Jenewa 2 Oktober 2014.
Bendera Korea Utara berkibar di Jenewa 2 Oktober 2014. /REUTERS/Denis Balibouse/

SEPUTARTANGSEL.COM - Korea Utara (Korut) mengungkapkan latihan militer Amerika Serikat (AS) dengan Korea Selatan (Korsel) berpotensi mempertaruhkan krisis keamanan besar karena dapat meningkatkan ketegangan.

Pernyataan Korut tersebut menyusul adanya agenda latihan militer AS dan Korsel yang akan digelar dalam minggu ini.

Politisi Partai Buruh Kim Yong-chol mengkritik AS dan Korsel karena menanggapi niat baik Pyongyang dengan tindakan bermusuhan.

Baca Juga: Joe Biden Sebut Jakarta Akan Tenggelam dalam 10 Tahun Mendatang, Begini Tanggapan Anies Baswedan

Pernyataan Kim Yong-chol itu muncul sehari setelah adik perempuan Kim Jong-un, Kim Yo-jong mengecam dengan keras latihan militer gabungan Washington dan Seoul tersebut.

Politisi yang mempunyai peranan penting dalam mempertemukan mantan Presiden AS Donald Trump dengan Pemimpin Korut Kim Jong-un itu mengatakan Korsel telah melewatkan kesempatan terbaik untuk membangun hubungan antar-Korea dengan lebih memilih melanjutkan latihan militer bersama AS.

Padahal, Korut mengatakan sepenuhnya terbuka untuk diplomasi, namun Washington dan Seoul tetap bersikukuh untuk mengadakan latihan militer gabungan.

Baca Juga: Gelaran Kompetisi Liga 1 Musim 2021-2022 Masih Tunggu Izin dari Polri

Menurut Kim Yong-chol, Korut akan menjelaskan kepada Korsel mengenai biaya yang harus mereka bayar karena telah beraliansi dengan Washington ketimbang perdamaian antar-Korea.

"Kami akan membuat mereka menyadari betapa berbahayanya pilihan yang mereka buat dan betapa seriusnya krisis keamanan yang akan mereka hadapi karena pilihan mereka yang salah," kata Kim dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita negara KNCA, dikutip SeputarTangsel.Com dari laman resmi Reuters, Rabu, 11 Agustus 2021.

Sebelumnya, Korsel telah mengklarifikasi bahwa Korut tidak menjawab panggilan hotline antar-Korea pada Selasa, 10 Agustus 2021.

Baca Juga: Fadli Zon Akui Lelah Kritik Masuknya TKA China, Faisal Basri: Bung, Jangan Lelah Dulu, Kita Ungkap ke Akarnya

Sementara, Presiden AS Joe Biden menyerahkan sepenuhnya kepada Pyongyang terkait janji yang telah dibuat antara Korut dan Korsel.

Selain itu, Profesor Studi Internasional Universitas Ewha di Seoul, Leif-Eric Easley mengatakan Pyongyang mungkin menggunakan retorika tajam untuk meningkatkan pengaruhnya dalam pembicaraan di masa depan.

Hal itu dilakukan untuk memeras konsesi dari Korea Selatan, atau untuk mengalihkan perhatian dari krisis ekonomi domestik.

Baca Juga: Dokter Tirta Ajari Mendag M. Lutfi Fungsi PCR, Buat Test dan Tracing, Bukan Untuk Orang Masuk Mall

"Rezim Kim mengalihkan kesalahan atas perjuangannya untuk memulai kembali ekonomi setelah penguncian pandemi yang panjang dan dipaksakan sendiri,” ucap Easley.

Dia juga menduga Pyongyang sedang menekan calon Presiden Korsel agar tidak lagi menyepakati kebijakan dengan AS perihal sanksi dan denuklirisasi.***

Editor: Muhammad Hafid


Tags

Terkait

Terkini

x