Menentang Junta Militer Myanmar, Pemerintahan Bawah Tanah Bentuk Pasukan

- 31 Mei 2021, 00:22 WIB
Milisi yang dipimpin dilatih Persatuan Nasional Karen (KNU) di negara bagian Karen Myanmar pada Jumat, 9 April 2021, yang didapatkan Reuters.
Milisi yang dipimpin dilatih Persatuan Nasional Karen (KNU) di negara bagian Karen Myanmar pada Jumat, 9 April 2021, yang didapatkan Reuters. /Sumber: Reuters/

SEPUTARTANGSEL.COM – Gelombang pertama rekrutan pasukan pertahanan baru yang dibentuk para penentang junta militer Myanmar telah menyelesaikan pelatihan.

Pasukan itu berparade itu tampil dalam rilis video.

Mereka adalah bagian dari Pemerintah Persatuan Nasional, pemerintahan bawah tanah, yang mengumumkan akan membentuk Angkatan Pertahanan Rakyat untuk melawan militer yang merebut kekuasaan pada 1 Februari lalu dengan menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

Baca Juga: Sejak Kudeta Myanmar, Sedikitnya 120.000 Terlantar

Video upacara pelantikan pasukan itu dirilis pada Jumat, 28 Mei 2021 atas nama Yee Mon, menteri pertahanan pemerintahan bawah tanah.

"Militer ini dibentuk oleh pemerintah sipil resmi," kata seorang perwira tak dikenal pada upacara tersebut.

"Pasukan Pertahanan Rakyat harus sejalan dengan rakyat dan melindungi rakyat. Kami akan berjuang untuk memenangkan pertempuran ini."

Baca Juga: Karya Dante Alighieri Akan Dirilis ke Luar Angkasa, Peringati 700 Tahun Kematiannya

Seorang juru bicara junta tidak menjawab panggilan untuk meminta komentar.

Otoritas militer mengatakan Pemerintah Persatuan Nasional adalah pengkhianat. Baik pemerintahan itu maupun Angkatan Pertahanan Rakyat telah ditetapkan sebagai kelompok teroris.

Baca Juga: Mantan Jenderal Israel: Hamas dan Jihad Islam Mengejek Kami dan Terus Menembakkan Roket Mereka

Video tersebut menunjukkan sekitar 100 pejuang berbaris di lapangan parade berlumpur di hutan. Mereka berbaris dengan seragam kamuflase baru di belakang bendera kekuatan baru, merah dengan bintang putih. Mereka tidak ditampilkan membawa senjata.

Hampir empat bulan setelah kudeta, tentara masih berjuang untuk menegakkan ketertiban.

Protes anti militer terjadi setiap hari di banyak bagian negara, pemogokan oleh penentang junta telah melumpuhkan bisnis dan pertempuran telah berkobar dengan kelompok-kelompok etnis bersenjata yang menentang junta dan milisi baru yang dibentuk untuk menentangnya.

Baca Juga: Komandan Pasukan Quds Iran Sebut Orang Israel Harus Meninggalkan Israel, Kembali ke AS dan Eropa

Dua bom rakitan meledak di kota utama Yangon pada Sabtu dengan menargetkan sebuah pos polisi dan sebuah truk tentara kata layanan berita Mizzima. Dikatakan satu orang yang berbicara dengan tentara telah terluka dalam insiden kedua.

Pasukan junta telah menewaskan lebih dari 800 orang sejak kudeta menurut angka yang dikutip oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Lebih dari 4.000 orang telah ditahan.

Pemimpin Junta Min Aung Hlaing mengatakan korban tewas sipil mendekati 300 dan mengatakan sekitar 50 anggota polisi telah tewas. Dia tidak memberikan angka untuk tentara. Kelompok-kelompok yang memerangi angkatan bersenjata mengatakan mereka telah menimbulkan banyak korban.

Baca Juga: Tokoh Senior Hamas Sebut Israel Tidak Punya Masa Depan di Palestina

Militer membuat pembenaran atas aksi kudetanya dengan menuduh partai Suu Kyi melakukan kecurangan dalam pemilihan umum pada November lalu.

Tuduhan itu ditolak komisi pemilihan sebelumnya. Aung San Suu Kyi diadili atas serangkaian tuduhan yang menurut pengacaranya bermotif politik. ***

Sumber: Reuters

Editor: Ignatius Dwiana


Tags

Terkait

Terkini