SEPUTARTANGSEL.COM – Sedikitnya 120.000 orang dipindahkan secara paksa di Myanmar sejak kudeta 1 Februari.
Hal ini dilaporkan Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) pada Jumat, 28 Mei 2021.
Organisasi kemanusiaan memperingatkan tentang kurangnya pasokan penting seperti makanan dan air.
Pembaruan terbaru dari Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) di Asia dan Pasifik menunjukkan "Sekitar 46.000 orang mengungsi di bagian tenggara Myanmar antara April dan Mei karena konflik dan ketidakamanan, sekitar 37.000 orang dari mereka mengungsi pada akhir Mei setelah bentrokan di Negara Bagian Kayah."
Baca Juga: PFLP Menyerukan Intifada Terus Berlanjut Untuk Melawan Israel
Selain itu, organisasi tersebut memperingatkan bahwa bantuan kemanusiaan tetap "sangat dibatasi di semua daerah yang terkena dampak konflik karena ketidakamanan, gangguan perbankan, blokade jalan, dan tantangan akses yang sudah ada sebelumnya." Ini karena orang-orang terus berdemonstrasi di seluruh negeri terutama di daerah pedesaan.
Peningkatan pengungsian telah menyebabkan "penyakit yang ditularkan melalui air di antara penduduk yang mengungsi di hutan sebagai akibat dari kurangnya akses ke fasilitas kebersihan dan sanitasi yang diperparah dengan datangnya awal musim hujan," kata OCHA. ***
Sumber: Iran Press