Sementara novelnya ‘Women at Point Zero’ pada 1975 banyak diterjemahkan.
“Saya menulis dalam bahasa Arab. Semua buku saya dalam bahasa Arab dan kemudian diterjemahkan. Peran saya adalah mengubah orang-orang bangsa saya,” kata Nawal El Sadawi. Seperti dikutip SeputarTangsel.com dari Aljazeera.
“Ketika Anda mengkritik budaya Anda sendiri, ada orang-orang dalam budaya Anda menentang Anda, yang berkata ‘jangan perlihatkan kain kotor kami di luar’... Saya harus jujur pada diri saya sendiri,” ujarnya.
Baca Juga: Mayoritas Anak Muda Setuju Revisi UU ITE
Baca Juga: Tips Mengurangi Rasa Nyeri Pada Lengan Akibat Suntikan Vaksin Covid-19, Gampang Banget!
Dia pernah mendekam sebentar di penjara saat mendiang Presiden Anwar Sadat berkuasa. Pada masa Presiden Hosni Mubarak masuk dalam daftar abu-abu.
Karya-karyanya juga dikutuk oleh Al-Azhar.
Egyptian Streets menggambarkan Nawal El Sadawi sebagai putri Isis, dewi dalam kepercayaan kuno Mesir.
Selamat jalan Nawal.***