Seruan Indonesia tak Diindahkan, Militer dan Polisi Myanmar Tembak Mati 8 Demonstran

- 19 Maret 2021, 18:50 WIB
Demonstran antikudeta berlindung di barikade saat bentrokan terjadi dengan aparat Myanmar di Yangon, 16 Maret 2021.
Demonstran antikudeta berlindung di barikade saat bentrokan terjadi dengan aparat Myanmar di Yangon, 16 Maret 2021. /Foto: Reuters/STRINGER/

 
SEPUTARTANGSEL.COM - Junta militer dan polisi Myanmar menembak mati delapan demonstran dalam aksi menolak kudeta terhadap kepemimpinan Aung San Suu Kyi sebagai pemimpin sah pada Jumat, 19 Maret 2021.

Militer dan polisi Myanmar kian kalap, bahkan mereka menggunakan taktik kekerasan untuk menekan para demonstran.

Meski begitu, protes dari masyarakat sipil terhadap para jenderal yang melakukan kudeta masih dilakukan bahkan tidak menyurutkan semangat perjuangannya.

Baca Juga: HRS Menolak Sidang Virtual dan Minta Penjelasan, Hakim: Habib Banyak Simpatisan

Baca Juga: Heboh Poster Deklarasi Puan-Moeldoko 2024, Rocky Gerung: Punya Ambisi Jadi Pemimpin Tapi Cari Perlindungan

Ironisnya, tewasnya delapan demonstran tersebut bertepatan dengan seruan pemerintah Indonesia untuk mengakhiri kekerasan dan mendesak agar demokrasi dipulihkan kembali di Myanmar.

Saat Indonesia memberikan seruan terhadap Myanmar, para demonstran tengah melakukan aksi dan aparat keamanan menggunakan gas air mata untuk membubarkan demonstran di pusat kota Aungban dan kemudian melepaskan tembakan.

"Aparat keamanan datang untuk menghilangkan penghalang tetapi orang-orang melawan dan mereka melepaskan tembakan," kata seorang saksi mata, yang menolak untuk disebutkan namanya, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Baca Juga: Seorang Guru Honorer di Garut, Jawa Barat Alami Kelumpuhan Setelah Divaksin Covid-19, Ternyata Gara-gara Ini

Baca Juga: Artis Cynthiara Alona Jadi Tersangka Kasus Prostitusi, Ternyata Ini Perannya

Seorang pejabat di layanan penguburan Aungban yang juga tidak menyebutkan namanya mengatakan ada 8 orang tewas, 7 tewas di tempat dan satu meninggal di rumah sakit.

Juru bicara junta Myanmar tidak dapat dihubungi, namun mereka mengatakan aparat keamanan menggunakan kekuatan hanya jika diperlukan.

Menurut laporan terbaru dan penghitungan oleh kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, jumlah korban tewas secara keseluruhan sedikitnya 232 orang.

Sejumlah negara Barat mengutuk kudeta itu dan menyerukan diakhirinya kekerasan dan pembebasan Aung San Suu Kyi.

Baca Juga: Memasuki Bulan Sya’ban, Berikut 3 Amalan Sederhana Yang Dapat Dipraktikkan

Tetangga Myanmar, yang dipimpin oleh Indonesia sudah menawarkan untuk membantu mencari solusi tetapi pertemuan regional pada 3 Maret tetapi gagal mencapai kemajuan.

Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) sudah lama berpegang pada prinsip untuk tidak mengomentari urusan dalam negeri masing-masing, tetapi ada tanda-tanda yang berkembang bahwa krisis Myanmar memaksa penilaian ulang.

Sebelumnya, Presiden Jokowi dalam pidatonya menyerukan agar demokrasi dipulihkan dan kekerasan diakhiri serta meminta para pemimpin Asia Tenggara untuk bertemu membahas situasi tersebut.

"Indonesia mendesak agar penggunaan kekerasan di Myanmar segera dihentikan agar tidak ada korban lagi,” kata Jokowi dalam pidatonya secara virtualnya.

Artikel ini telah tayang di Pikiran Rakyat dengan judul: Polisi Myanmar Bunuh 8 Demonstran Saat Indonesia Serukan Akhiri Kekerasan

Baca Juga: 19 Maret 1915, Gambar Planet Pluto Ditemukan

“Keselamatan dan kesejahteraan masyarakat harus menjadi prioritas utama. Indonesia juga mendesak adanya dialog, agar rekonsiliasi segera dilakukan untuk memulihkan demokrasi, memulihkan perdamaian dan memulihkan stabilitas,” ujarnya.***(Pikiran Rakyat /Julkifli Sinuhaji)

Editor: Muhammad Hafid


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah