10 Warga Sipil di Kabul Tewas Diserang Drone, AS Akui Salah Sasaran dari Target Semula ISIS Khorasan

18 September 2021, 19:33 WIB
Tempat yang hancur karena serangan drone AS yang tewaskan 10 warga sipil /Foto: Reuters/ Stringer///

SEPUTARTANGSEL.COM – Amerika Serikat (AS) mengakui adanya serangan drone (pesawat tak berawak) yang mereka lancarkan di Kabul, Afghanistan dan menewaskan 10 warga sipil.

Serangan drone tersebut dimaksudkan untuk membalas bom bunuh diri, 29 Agustus 2021 yang diklaim ISKP dan menewaskan sedikitnya 175 orang, 13 di antaranya anggota militer AS.

Awalnya Pentagon membela diri, menyebut serangan tersebut dilakukan untuk membunuh para operator ISKP atau Islamic State of Iraq and the Levant – Khorasan Province,  organisasi Islam di Provinsi Khorasan, Afghanistan atau ISIS-K.

Baca Juga: Minta Dunia Tolak Akui Pemerintahan Taliban, Diplomat Afghanistan Buat Pernyataan Bersama

Sementara itu, anggota keluarga korban serangan pesawat tak berawak mengatakan, warga yang tewas berusia dua hingga sepuluh tahun.

“Mereka adalah anak-anak yang tidak bersalah dan tidak berdaya,” ujar Ainal Ahmadi, salah seorang warga yang keponakannya menjadi korban, sebagaimana dilansir SeputarTangsel.Com dari Al Jazeera, Jumat 17 September 2021.

Kepala Komando Pusat AS, Jenderal Frank McKenzie akhirnya mengakui, bahwa serangan drone di Kabul, akhir Agustus 2021 menewaskan 10 warga sipil termasuk anak-anak.

Dia mengatakan, tidak mungkin mereka yang tewas  terkait dengan ISKP, seperti yang awalnya diklaim militer AS.

“Setelah meninjau secara menyeluruh temuan penyelidikan dan analisis pendukung oleh mitra antarlembaga, saya sekarang yakin, bahwa sebanyak 10 warga sipil, termasuk anak-anak, tewas secara tragis dalam serangan itu,” ujar McKenzie.

Baca Juga: Drone Amerika Serikat Ledakkan Mobil ISIS-K Berisi Bom

“Itu adalah kesalahan saya dan saya menawarkan permintaan maaf yang tulus," ujar Mc Kenzie sekaligus mengucapkan belasungkawa.

“Sebagai komandan, saya bertanggung jawab penuh atas serangan ini dan hasil yang tragis,” tambahnya.

Menteri Pertahanan AS, Llyod Austin, juga menyampaikan belasungkawa, Jumat 17 September 2021. Dia mengumumkan peninjauan menyeluruh dari penyelidikan atas serangan drone dan akan mempertimbangkan kebutuhan untuk mengubah otoritas, prosedur, dan proses serangan di masa depan.

Baca Juga: Kepala BNPT Sebut ISIS Khorasan Sebagai Pelaku Bom Bunuh Diri di Bandara Kabul Afghanistan

“Kami meminta maaf, dan kami akan berusaha untuk belajar dari kesalahan mengerikan itu,” ujar Austin.

Anggota Kongres AS, Adam Schiff, yang merupakan seorang Demokrat dan Kepala Komite Intelijen DPr, ikut menyuarakan keprihatinan atas kesalahan  yang dilakukan militer.

“Dengan mengakui kesalahan itu, Departemen Pertahanan telah mengambil langkah pertama menuju transparansi dan akuntabilitas,” ujar Adam Schiff.

Sebagai permintaan maaf, McKenzie mengatakan AS sedang mempertimbangkan kompensasi finansial untuk keluarga korban. Namun, dia menyebut sulit untuk menjangkau orang-orang di Afghanistan sekarang.

Baca Juga: Taliban Dihantui Krisis Ekonomi Setelah Sebulan Kuasai Kabul

Amnesty International menyambut baik pengakuan AS. Mereka juga menuntut orang-orang yang bertanggung jawab pidana dalam serangan.

“Korban yang selamat dan keluarga harus diberitahu tentang kemajuan penyelidikan dan diberikan ganti rugi penuh,” ujar Brian Castner, Penasihat Krisi Amnesty International.

“Perlu dicatat, bahwa militer AS hanya dipaksa untuk mengakui kegagalannya dalam serangan ini, karena adanya pengawasan global di Afghanistan,” ungkap Brian Castner. ***

Editor: Sugih Hartanto

Tags

Terkini

Terpopuler