SEPUTARTANGSEL.COM- Di negara bagian Gujarat, India sekelompok orang percaya untuk meningkatkan imunitas tubuh menggunakan campuran kotoran dan kencing sapi.
Dilansir Seputartangsel.com dari Reuters, kotoran dan kencing sapi yang dibalurkan ke seluruh tubuh seminggu sekali mampu membantu memulihkan penderita dari Covid-19.
Sapi sendiri dalam Agama Hindu diyakini sebagai simbol kesucian. Selama berabad-abad orang Hindu telah menggunakan kotoran sapi untuk membersihkan rumah mereka dan untuk ritual doa, karena dipercaya memiliki khasiat terapeutik dan antiseptik.
Baca Juga: Anies Baswedan Didorong Agar Maju Jadi Capres pada Pilpres 2024 oleh Kelompok Ini
"Terapi ini meningkatkan kekebalan," kata Gautam Manilal Borisa, salah seorang yang membagi pengalamannya pulih dari Covid-19 dengan terapi kotoran sapi ini.
Mereka percaya dengan campuran kotoran dan urin sapi yang dioleh ke tubuhnya, hingga mengering, kemudian memeluk atau menghormati sapi dan melakukan yoga akan meningkatkan tingkat energi.
Untuk membersihkannya mereka mencuci badannya menggunakan susu atau buttermilk.
Kekhawatiran akan menularkan Covid-19 pada terapi ini karena adanya kerumunan dalam kelompok yang melakukan ritual bersama tersebut.
Tetapi seorang bernama Madhucharan Das, yang merupakan penanggung jawab pada sebuah penampungan sapi di Ahmedabad, mengatakan membatasi jumlah peserta dalam setiap terapi.
Dokter di India memperingatkan hal seperti ini tidak ada bukti ilmiahnya malah berisiko terkena penyakit lain.
"Tidak ada bukti ilmiah bahwa kotoran sapi atau urin berfungsi untuk meningkatkan kekebalan terhadap COVID-19, ituhanya didasarkan pada keyakinan. Malah berisiko penyakit lain dapat menyebar dari hewan ke manusia," kata Dr JA Jayalal, presiden nasional di Indian Medical Association.
Baca Juga: Merayakan Goku, Film Dragon Ball Super Akan Dirilis
Tingginya kasus Covid-19 di India membuat orang mencari solusi pengobatan yang diyakininya bisa menyembuhkan.
Pandemi Covid-19 di India terjadi sebanyak 22,66 juta kasus dan kematiannya mencapai 246.116.
Tetapi para ahli menilai jumlah sebenarnya bahkan 10 kali lebih tinggi, dan kurangnya tempat tidur rumah sakit, oksigen, atau obat-obatan, menyebabkan banyak yang meninggal karena kurangnya perawatan. ***