Namun, demonstran menganggu konferensi pers online IOC tersebut dengan mendaftar sebagai jurnalis. Dia mengajukan pertanyaan, meneriakkan kata-kata kotor, dan membentangkan spanduk bertuliskan "Tidak untuk Olimpiade" dan "Tidak Ada Olimpiade di Mana Pun."
Jepang telah memperpanjang keadaan darurat di Tokyo dan tiga wilayah lainnya hingga akhir Mei karena jumlah kasus meningkat setiap hari. Hal itu memaksa Presiden IOC Thomas Bach untuk menunda kunjungan ke Jepang pada Mei.
Baca Juga: Diduga Mujahidin Indonesia Timur Kembali Meneror, 4 Petani Dibunuh
Sebuah survei yang dilakukan pada 7 hingga 9 Mei oleh harian Yomiuri Shimbun menunjukkan 59 persen responden menginginkan Olimpiade dibatalkan. Sementara 39 persen mendukung Olimpiade diadakan. Penundaan tidak ditawarkan sebagai opsi.
Survei lain yang dilakukan pada akhir pekan oleh TBS News menunjukkan bahwa 65 persen menginginkan Olimpiade dibatalkan atau ditunda lagi. Lebih dari 300 ribu orang telah menandatangani petisi untuk membatalkan Olimpiade sejak diluncurkan sekitar lima hari lalu.
"Untuk Jepang dan Tokyo, kami memahami kehati-hatian," kata Adams. "Kami sepenuhnya mendukung mereka. Orang-orang sangat berhati-hati. Kami harus sepenuhnya mempercayai pihak berwenang Jepang."
Baca Juga: Sehari Sebelum Lebaran, Sebanyak 2.897 Laporan THR Diterima Kementerian Ketenagakerjaan
"Akan ada pasang surut. Kami harus memperhitungkan opini publik dalam jangka yang lebih panjang. Saat ini kami sedang bergerak maju. Kami terus merencanakan pertandingan. Begitulah yang harus dilakukan." ***
Sumber: Reuters