Presiden Jokowi Harap PBB Berbenah dan Responsif, Ini Pidato Lengkapnya Berbahasa Indonesia

- 23 September 2020, 12:46 WIB
Presiden Jokowi (Joko Widodo) menyampaikan pidato secara virtual dalam sidang Majelis Umum ke-75 Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Rabu 23 September 2020.
Presiden Jokowi (Joko Widodo) menyampaikan pidato secara virtual dalam sidang Majelis Umum ke-75 Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Rabu 23 September 2020. /Foto: presidenri.go.id/

SEPUTARTANGSEL.COM - Menghadapi tantangan global, Presiden Jokowi (Joko Widodo) berharap agar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dapat berbenah diri.

Presiden Jokowi juga berharap PBB responsif serta efektif dalam menjawab berbagai tantangan global.

Pesan ini disampaikan Presiden Jokowi yang untuk pertama kalinya berpidato di depan sidang Majelis Umum ke-75 PBB.

Baca Juga: Luis Suarez Berurusan dengan Kepolisian Italia Gara-gara Nembak Saat Tes Bahasa

Pidato disampaikan secara virtual dalam bahasa Indonesia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris kepada peserta sidang.

Selama lima tahun sebelumnya, kehadiran Presiden Jokowi di forum internasional tersebut selalu didelegasikan ke Wakil Presiden Jusuf Kalla.

"PBB harus senantiasa berbenah diri melakukan reformasi revitalisasi dan efisiensi. PBB harus dapat membuktikan bahwa 'multilateralism delivered' termasuk pada saat terjadinya krisis PBB harus lebih responsif dan efektif dalam menyelesaikan berbagai tantangan global," kata Jokowi seperti disiarkan di YouTube Sekretariat Presiden pada Rabu 23 September 2020 pagi.

Baca Juga: Lihat Merchant Baru ShopeePay Minggu Ini untuk Sambut Gajian

Berikut isi pidato Jokowi secara lengkap:

Yang Mulia Presiden Majelis Umum PBB,
Yang Mulia Sekretaris Jenderal PBB,
Yang Mulia Para Pemimpin Negara-Negara Anggota PBB.

Tahun ini genap 75 tahun usia PBB. 75 tahun yang lalu, PBB dibentuk agar perang besar, Perang Dunia kedua, tidak terulang kembali.75 tahun yang lalu, PBB dibentuk agar dunia bisa lebih damai, stabil, dan sejahtera.

Karena perang tidak akan menguntungkan siapapun. Tidak ada artinya sebuah kemenangan dirayakan di tengah kehancuran. Tidak ada artinya menjadi kekuatan ekonomi terbesar di tengah dunia yang tenggelam.

Baca Juga: Harga Emas Antam 23 September 2020: Beli dan Buy Back Terendah Sebulan Terakhir

Pemimpin Sidang yang terhormat.

Di usia PBB yang ke-75 ini kita patut bertanya, apakah dunia yang kita impikan tersebut sudah tercapai? Saya kira jawaban kita sama: belum.

Konflik masih terjadi di berbagai belahan dunia. Kemiskinan dan bahkan kelaparan masih terus dirasakan. Prinsip-prinsip Piagam PBB dan hukum internasional kerap tidak diindahkan, termasuk penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah.

Kita semua prihatin melihat situasi ini. Keprihatinan kita menjadi semakin besar di saat pandemi COVID-19 ini.

Di saat seharusnya kita semua bersatu padu, bekerjasama melawan pandemi, yang justru kita lihat adalah masih terjadinya perpecahan dan rivalitas yang semakin menajam.

Padahal, kita seharusnya bersatupadu, selalu menggunakan pendekatan win-win pada hubungan antar-negara yang saling menguntungkan.

Kita tahu dampak pandemi ini sangat luar biasa, baik dari sisi kesehatan, maupun sosial ekonomi. Kita juga paham virus ini tidak mengenal batas negara. No one is safe until everyone is.

Jika perpecahan dan rivalitas terus terjadi, maka saya khawatir, pijakan bagi stabilitas dan perdamaian yang lestari akan goyah atau bahkan akan sirna. Dunia yang damai, stabil dan sejahtera semakin sulit diwujudkan.

Baca Juga: Siap-siap, Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 10 Kemungkinan Dibuka 24 September

Yang Mulia.

Tahun ini Indonesia juga merayakan kemerdekaan yang ke-75 tahun. Dan sudah menjadi tekad kami, Indonesia terus berkontribusi bagi perdamaian dunia sesuai amanah konstitusi. Indonesia akan terus memainkan peran sebagai bridge builder, sebagai bagian dari solusi.

Secara konsisten, komitmen ini terus dijalankan Indonesia, termasuk saat Indonesia duduk sebagai anggota Dewan Keamanan PBB. Spirit kerja sama akan selalu dikedepankan Indonesia. Spirit yang menguntungkan semua pihak tanpa meninggalkan satu negara pun. No one, no country should be left behind.

Persamaan derajat inilah yang ditekankan oleh Bapak Bangsa Indonesia, Soekarno, Bung Karno, saat Konferensi Asia Afrikadi Bandung tahun 1955 yang menghasilkan Dasa Sila Bandung.

Hingga kini, prinsip Dasa Sila Bandung masih sangat relevan termasuk penyelesaian perselisihan secara damai, pemajuan kerjasama,dan penghormatan terhadap hukum internasional.

Palestina adalah satu-satunya negara yang hadir di Konferensi Bandung yang sampai sekarang belum menikmati kemerdekaannya. Indonesia terus konsisten memberikan dukungan bagi Palestina untuk mendapatkan hak-haknya.

Di kawasan kami sendiri,bersama negara-negara ASEAN lainnya,Indonesia terus menjaga Asia Tenggara sebagai kawasan yang damai, stabil, dan sejahtera. Pada hari jadinya yang ke-53, 8 Agustus 2020 yang lalu, ASEAN kembali menegaskan komitmennya untuk terus menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan.

Spirit kerjasama dan perdamaian inilah yang kemudian didorong Indonesia ke kawasan yang lebih luas, kawasan Indo-Pasifik, melalui ASEAN Outlook on the Indo-Pacific.

Baca Juga: Cegah Transmisi Covid-19, Epidemiolog: Hentikan Atau Batasi Mobilitas Penduduk!

Yang Mulia.

Melihat situasi dunia saat ini, ijinkan saya menyampaikan beberapa pemikiran. Yang pertama,PBB harus senantiasa berbenah diri, melakukan reformasi, revitalisasi dan efisiensi. PBB harus dapat membuktikan bahwa multilateralism delivers, termasuk pada saat terjadinya krisis.

PBB harus lebih responsif dan efektif dalam menyelesaikan berbagai tantangan global. Dan kita semua memiliki tanggung jawab untuk terus memperkuat PBB, agar PBB tetap relevan dan semakin kontributif, sejalan dengan tantangan zaman.

PBB bukanlah sekedar sebuah gedung di kota New York, tapi sebuah cita-cita dan komitmen bersama seluruh bangsa untuk mencapai perdamaian dunia dan kesejahteraan bagi generasi penerus.

Indonesia memiliki keyakinan yang tidak tergoyahkan terhadap PBB dan multilateralisme. Multilateralisme adalahsatu-satunyajalanyang dapat memberikan kesetaraan.

Baca Juga: Wow, Anita Wahid Putri Gus Dur Terpilih Jadi Dewan Penasihat Keamanan TikTok

Kedua,collective global leadership harus diperkuat. Kita paham bahwa dalam hubungan antar negara, dalam hubungan internasional, setiap negara selalu memperjuangkan kepentingan nasionalnya.

Namun jangan lupa, kita semua memiliki tanggung jawab untuk kontribusi menjadi bagian dari solusi bagi perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan dunia. Di sinilah dituntut peran PBB untuk memperkokoh collective global leadership. Dunia membutuhkan spirit kolaborasi dan kepemimpinan global yang lebih kuat untuk mewujudkan dunia yang lebih baik.

Ketiga,kerja sama dalam penanganan COVID-19 harus kita perkuat, baik dari sisi kesehatan maupun dampak sosial ekonominya. Vaksin akan menjadi game changer dalam perang melawan pandemi.

Kita harus bekerja sama untuk memastikan bahwa semua negara mendapatkan akses setara terhadap vaksin yang aman dan dengan harga terjangkau. Untuk jangka panjang, tata kelola ketahanan kesehatan dunia harus lebih diperkuat.

Baca Juga: Indonesia Penggemar K-Pop Lima Besar Versi Twitter, AS Nomor Satu

Ketahanan kesehatan dunia yang berbasis pada ketahanan kesehatan nasional akan menjadi penentu masa depan dunia. Dari sisi ekonomi, reaktivasi kegiatan ekonomi secara bertahap harus mulai dilakukan, dengan melakukan koreksi terhadap kelemahan-kelemahan global supply chains yang ada saat ini.

Aktivasi ekonomi harus memprioritaskan kesehatan warga dunia. Dunia yang sehat, dunia yang produktif, harus menjadi prioritas kita.55. Semua itu dapat tercapai jika kita semua bekerjasama.... bekerjasama... dan bekerjasama. Mari kita memperkuat komitmen, dan konsisten menjalankan komitmen untuk selalu bekerjasama.

Demikian, terimakasih. ***

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x