Penyair Sapardi Djoko Damono Meninggal, Ini Puisi-puisi Romantisnya, termasuk 'Aku Ingin'

- 19 Juli 2020, 19:39 WIB
Penyair Sapardi Djoko Damono.
Penyair Sapardi Djoko Damono. /- Foto: Instagram @damonosapardi

SEPUTARTANGSEL.COM - Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.

Boleh dibilang, sangat sedikit manusia Indonesia yang tak mengenal untaian kata yang sangat romantis ini.

Potongan kalimat itu adalah bagian dari puisi singkat berjudul "Aku Ingin" yang ditulis penyair Sapardi Djoko Damono di tahun 1989.

Baca Juga: Sinopsis Film Cell, Genre Horor Melawan Kawanan Zombie Tayang di Trans TV 19 Juli 2020 Malam Ini

Insan-insan kasmaran sejak akhir era 80-an hingga kini, sering mengutip untaian kata dari bait puisi singkat itu, karena romantismenya yang sangat kental.

Sapardi meninggal dunia pada Minggu 19 Juli 2020 pukul 09.17 di Rumah Sakit Eka BSD, Tangerang Selatan, setelah beberapa lama menderita sakit.

Sapardi memang ikon penyair romantis. Puisi-puisinya seolah mewakili curahan hati orang-orang yang dilanda cinta.

Baca Juga: [BREAKING NEWS] Update Corona Indonesia 19 Juli 2020: Tambah 1.639 Positif, Sembuh 2.133 Wafat 127

Selain "Aku Ingin", Sapardi Djoko Damono terkenal dengan karya-karya puisinya seperti Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Melipat Jarak, dan Hatiku Selembar Daun.

Berikut ini, puisi-puisi Sapardi Djoko Damono:

Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.

Hujan Di Bulan Juni

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

Baca Juga: Dokter Andani Eka Putra: Kami Full Kerja Sampai Jam 5 Subuh

Pada Suatu Hari Nanti

Pada suatu hari nanti,
jasadku tak akan ada lagi,
tapi dalam bait-bait sajak ini,
kau tak akan kurelakan sendiri.
Pada suatu hari nanti,
suaraku tak terdengar lagi,
tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati,
pada suatu hari nanti,
impianku pun tak dikenal lagi,
namun di sela-sela huruf sajak ini,
kau tak akan letih-letihnya kucari

Melipat Jarak

mencintai angin
harus menjadi siut
mencintai air
harus menjadi ricik
mencintai gunung
harus menjadi terjal
mencintai api
harus menjadi jilat
mencintai cakrawala
harus menebas jarak
mencintai-Mu
harus menjelma aku

Puisi Hatiku Selembar Daun

Hatiku selembar daun
melayang jatuh di rumput
Nanti dulu
biarkan aku sejenak terbaring di sini
ada yang masih ingin kupandang
yang selama ini senantiasa luput
Sesaat adalah abadi

***

Editor: Sugih Hartanto


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x