Network
SEPUTARTANGSEL.COM - Video yang merekam pendiri Pondok Pesantren Mukmin Ngruki, Abu Bakar Ba'asyir menerima Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia.
Dalam video yang sebenarnya sudah diunggah lebih dari tiga bulan terlihat, Abu Bakar Ba'syir menceritakan perenungannya tentang Pancasila.
Menurut Abu Bakar Ba'asyir yang pernah divonis penjara 15 tahun terkait peristiwa bom Bali pada tahun 2003, tidak mungkin ulama terdahulu menerima Pancasila jika syirik.
Baca Juga: Jokowi Peringati Kesaktian Pancasila di Ende, NTT, Kunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno
"Ini pun pengertian saya terakhir.. Dulunya saya sebut Pancasila syirik," kata Abu Bakar Ba'asyir sebagaimana dikutip SeputarTangsel.Com dari kanal YouTube, Cek Ombak Channel yang tayang 14 April 2022.
Abu Bakar Ba'asyir yang telah bebas dari lembaga permasyarakatan (LP) pada tahun 2021 mengakui Pancasila syirik, setelah dia mempelajari dan merenunginya lebih dalam.
"Setelah saya pelajari selanjutnya, nggak mungkin ulama menyetujui dasar negara syirik," lanjut Abu Bakar.
Ulama menyetujui, karena meyakini di dalamnya mengatur pelaksanaan hukum Allah berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa.
Baca Juga: Pancasila Disebut Hanya Tafsir Milik Penguasa dan Pemilik Modal, Andi Arief: Untuk Apa Libur?
Meskipun demikian Abu Bakar menegaskan, sampai saat ini Pancasila belum benar-benar diamalkan oleh bangsa Indonesia.
"Tapi pengamalannya sejak Soekarno sampai hari ini dibelokkan.. dihianati.. Pancasila hanya diucapkan dalam mulut," kata Abu Bakar Ba'asyir.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH. Cholil Nafis mengapresiasi penerimaan Abu Bakar Ba'asyir terhadap Pancasila, setelah sebelumnya pernah menolak mengakuinya sebagai dasar negara.
Apresiasi KH Cholil Nafis disampaikan dalam bentuk ucapan syukur.
"Walhamdulillah. Pancasila dan UUD Indonesia sangat mirip dg shahifah Madinah dasar negara yg dipimpin langsung oleh Rasulullah saw," ucap KH Cholil Nafis dikutip SeputarTangsel.Com, Rabu 3 Agustus 2022.
"Kalau ada muslim yg menolaknya pasti krn salah paham, paham yg salah dan akhirnya tak mau paham," tandas Cholil Nafis.***
