HUT Jakarta 22 Juni, Ini Sejarah Singkat Kota Sejak Sunda Kelapa, Jakarta Tokubetsu Shi, Hingga Kini

- 22 Juni 2022, 12:20 WIB
Ilustrasi HUT Jakarta dan sejarah kota sejak Sunda Kelapa
Ilustrasi HUT Jakarta dan sejarah kota sejak Sunda Kelapa /Foto: Pixabay/ 12019//

SEPUTARTANGSEL.COM - Rabu, 22 Juni 2022 merupakan hari bersejarah bagi Ibu Kota Indonesia DKI Jakarta.

Kota metropolitan terbesar di Indonesia ini merayakan HUT Jakarta ke-495. 

Hampir lima abad perjalanan kota yang sejak zaman penjajah sudah menjadi pusat aktivitas ekonomi ini.

 Baca Juga: Anies Ubah Nama Jalan di Jakarta dengan Tokoh Betawi, TGUPP: Hargai Nilai-nilai dan Teladan Pahlawan Negeri

Fase yang cukup panjang dan bermula dari sejak namanya Jakarta masih Sunda Kelapa.

Sunda Kelapa (397-1527)

Nama Sunda Kelapa dalam buku Sejarah Singkat Kota Jakarta karya Dion P Sihotang terbitan Penebar Swadaya Group tahun 2016 yang dilansir SeputarTangsel.Com, merupakan nama yang dikenal sejak abad 4.

Sunda Kelapa merupakan daerah pelabuhan yang dikuasai oleh Kerajaan Pajajaran di Jawa Barat sekarang. Pedagang dari seluruh dunia, seperti India, China, Arab, hingga Eropa datang ke sini dan saling barter produk yang dibawa.

Saat Portugis masuk ke Indonesia, Sunda Kelapa disebut sebagai bagian dari kekuasaannya yang berpusat di Malaka.

Baca Juga: HUT DKI Jakarta, Politisi Demokrat: Sejak Anies Baswedan Memimpin, Hilang Rasa Ketakutan dan Situasi Mencekam

Namun, Bangsa Indonesia tidak tinggal diam. Pada tahun 1527, Kesultanan Demak di bawah pimpinan Fatahillah berhasil merebut Sunda Kelapa dari Portugis. Dia pun mengganti namanya menjadi Jayakarta yang artinya kemenangan.

Jayakarta (1527-1619)

Portugis dapat disingkirkan dari Indonesia. Namun, pada awal abad 16, bangsa Belanda masuk ke Indonesia melalui wilayah Banten yang dekat dengan Jayakarta, tahun 1596.

Tidak berlangsung lama, pada tanggal 30 Mei 1619, Kota Pelabuhan Jayakarta dikuasai Pemerintah Belanda yang saat ini dipegang VOC. 

Pimpinan VOC yang pertama memimpin DKI Jakarta, Jan Pieterszoon Coen.

Baca Juga: Kemensos Gelar Aksi Donor Darah Sebagai Bentuk Rasa Peduli dan Peka Terhadap Lingkungan Sekitar

Dia menghancurkan Jayakarta dan membangunnya kembali di bagian barat Sungai Ciliwung atau wilayah Jakarta Utara kini.

Di sana, JP Coen membangun wilayah dengan desain seperti di negaranya. Bangunan-bangunan dibuat berbentuk blok dan dipisahkan oleh banteng dang parit.

Selain menjadi pemukiman Bangsa Belanda, bangunan tersebut juga dijadikan tempat pertahanan VOC.

Selesai pembangunan pada tahun 1619, nama Jayakarta diganti dengan Batavia. Nama tersebut diambil dari nama nenek moyang bangsa Belanda Batavieren.

Baca Juga: Anies Baswedan Ubah 22 Nama Jalan di Jakarta dengan Tokoh Betawi, Ini Daftarnya, Ada Mpok Nori hingga Bokir

Jakarta Tokubetsu Shi (1942-1945)

Tidak banyak yang tahu, saat pendudukan Jepang di Indonesia mulai tahun 1942 kota diganti namanya menjadi Jakarta Tokubetsu Shi, artinya 'menjauhkan perbedaan'. 

Nama ini disebut oleh Lasmijah Hardi dalam bukunya Jakartaku, Jakartamu, Jakarta Kita yang terbit tahun 1987.

DKI Jakarta (1945-kini)

Setelah kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945 dan pemerintah Jepang menyerah kepada sekutu, kata 'Tokubetsu Shi' dihilangkan. Jakarta resmi menjadi ibu kota negara Republik Indonesia.

Nama tersebut dikukuhkan kembali pada saat Jakarta masih menjadi bagian provinsi Jawa Barat oleh Wali Kota Jakarta (Kota Praja), Sudiro pada tahun 1956.

Baca Juga: Jadwal Konser Musik PRJ Kemayoran Jakarta Fair Selasa 21 Juni 2022, Ada Souljah dan Gangsta Rasta

Tiga tahun kemudian, 1959, Kota Praja Jakarta resmi menjadi wilayah Provinsi yang dipimpin Gubernur. Pemimpin pertamanya adalah Soemarno Sasroatmojo.

Sementara itu, Jakarta menjadi Daerah Khusus Ibu Kota pada tahun 1961 dengan dikeluarkannya PP Nomor 2 Tahun 1961 juncto UU NOmor 2 PNPS 1961. 

Saat itu, Soemarno Sastroatmojo menjadi gubernur DKI Jakarta pertama pula. ***

Editor: Nani Herawati


Tags

Terkait

Terkini