Survei Serologi Menyebut Separuh Penduduk Jakarta Pernah Terinfeksi Covid-19

- 16 Juli 2021, 23:36 WIB
Warga mengantre untuk mendapatkan vaksinasi gratis Covid-19 di Stasiun MRT ASEAN, Jakarta, Kamis 8 Juli 2021. MRT Jakarta bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyediakan layanan vaksinasi gratis di stasiun MRT dengan tahap pertama berlangsung pada 8-10 Juli 2021, total keseluruhan target vaksinasi sebanyak 4.000 dosis yang dibagi ke dalam kuota harian selama periode tiga bulan ke depan.
Warga mengantre untuk mendapatkan vaksinasi gratis Covid-19 di Stasiun MRT ASEAN, Jakarta, Kamis 8 Juli 2021. MRT Jakarta bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyediakan layanan vaksinasi gratis di stasiun MRT dengan tahap pertama berlangsung pada 8-10 Juli 2021, total keseluruhan target vaksinasi sebanyak 4.000 dosis yang dibagi ke dalam kuota harian selama periode tiga bulan ke depan. /Foto: ANTARA FOTO/Reno Esnir/wsj./

 

SEPUTARTANGSEL.COM – Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Tim Fakultas Kesehatan masyarakat (FKM), Lembaga Eijkman, dan CDC Indonesia melakukan Survei Serologi Covid-19.

Survei dilaksanakan 15 sampai 31 Maret 2021 di 110 kelurahan dari 6 wilayah Kota Jakarta. Tim melakukannya kepada 4919 sampel berusia lebih dari 1 tahun dari 5.000 target sampel.

Hasilnya ditemukan, bahwa separuh penduduk Jakarta pernah terinfeksi virus SARS-Cov-2, penyebab Covid-19.

Baca Juga: Bolehkah Menawar Harga Hewan Qurban? Ini Kata UAS

Hal itu diumumkan di Instagram @Aniesbaswedan pada Jumat 16 Juli 2021.

“Dari 10,6 juta penduduk Jakarta maka diperkirakan sekitar 4.717.000 penduduk Jakarta pernah terinfeksi pada akhir Maret lalu,” ujar Anies menjelaskan hasil survei.

“Ketika survei dilakukan total kasus terkonfirmasi di Jakarta adalah 382.055. Ini berarti dari jumlah 4,7 juta estimasi warga yang pernah terinfeksi hanya 8,1% yang terdeteksi. Padahal testing di Jakarta sudah sangat tinggi, 10-20 kali dari standar WHO. Ini artinya banyak kasus tidak bergejala, sehingga tidak pernah dites dan tidak dibatasi.”

Penelitian dilakukan dengan mendeteksi antibodi. Apabila seseorang pernah terpapar virus, tubuhnya terpicu menghasilkan antibodi spesifik yang dapat dideteksi selama maksimal 3 bulan.

Baca Juga: Dokter Tirta Emosi, Gara-gara Kritisi Kebijakan Pemerintah dapat 'Pesan': Begini Resikonya Kalo Kritisi PPKM?

Halaman:

Editor: Tining Syamsuriah


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah