SEPUTARTANGSEL.COM - Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha menanggapi keputusan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang mengganti 22 nama jalan dengan nama tokoh Betawi.
Giring kemudian memberi usul Nenek Hindun yang sempat ramai diberitakan saat Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu menjadi nama jalan.
Giring menilai nama Nenek Hindun lebih tepat agar dapat mengingatkan ada seorang warga yang menjadi korban politik identitas dan politisasi agama saat Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.
Politisi Partai Golkar, Andi Sinulingga langsung menanggapi pernyataan Giring tersebut melalui cuitan akun Twitter miliknya pada Sabtu, 25 Juni 2022.
Andi Sinulingga mengungkapkan bahwa jenazah Nenek Hindun diurus oleh tim Anies Baswedan yang berasal dari Partai Gerindra dan PKS.
Tim dari Partai Gerindra dan PKS ini mengurus mendiang Nenek Hindun mulai dari sholat jenazah hingga membawanya ke tempat peristirahatan terakhir.
"Nenek Hindun sudah wafat, jenazahnya yang urus timnya Anies, yang sholatin, yang bawa ke kuburan timnya Anies dari PKS dan Gerindra," cuit Andi Sinulingga yang dikutip SeputarTangsel.Com dari akun Twitter @AndiSinulingga pada Minggu, 26 Juni 2022.
Kemudian, politisi Golkar ini menyindir Giring dan kawan-kawan yang tidak melakukan apa-apa soal jenazah Nenek Hindun.
Menurut Andi Sinulingga, perbuatan Giring dan kawan-kawan dinilai 'bengis' karena melakukan politisasi Nenek Hindun.
"Sementara @Giring_Ganesha dkknya tak berbuat apa2 atas mayat tsb, malah selalu mempolitisir mayat nenek hindun terus menerus. Sungguh bengis kalian," ujarnya.
Sebelumnya, melalui cuitan akun Twitter miliknya, Giring menyebut Nenek Hindun merupakan korban politik identitas dan politisasi agama.
Nenek Hindun sendiri merupakan sosok yang ramai diberitakan karena diduga masyarakat sekitar menelantarkan jenazahnya saat ingin dimakamkan.
Hal ini diduga lantaran Nenek Hindun dalam Pilkada DKI Jakarta putaran pertama memilih Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat.
"Nama jalan (alm) nenek Hindun ini lebih tepat untuk diperjuangkan menjadi nama jalan baru di Jakarta untuk mengingatkan kita ada seorang warga yang menjadi korban jahatnya Politik Identitas dan Politisasi Agama," ungkap Giring.***