Zubairi Djoerban Prihatin dan Cemaskan Kondisi Eijkman, Periset: Lanjut Studi S3 Bukan Keputusan Sekejap

2 Januari 2022, 13:56 WIB
Ketua Satgas Covid-19 IDI, Prof Zubairi Djoerban khawatir dan cemaskan kondisi Eijkman /Foto: Twitter/@ProfesorZubairi/

SEPUTARTANGSEL.COM- Kabar dibubarkannya lembaga Eijkman yang sudah puluhan tahun berkiprah dalam penelitian biomolekuler makin ramai. 

Keputusan pemerintah yang menggabungkan dan merampingkan Eijkman Institute ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meninggalkan kesedihan dan kebingungan bagi sebagian peneliti yang telah lama bergabung di Lembaga Eijkman. 

Profesor Zubairi Djoerban Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) melalui akunnya @ProfesorZubairi ikut prihatin bahkan cemas dengan kondisi Eijkman dan orang di dalamnya. 

"Prihatin dan cemas melihat kondisi Eijkman dan orang di dalamnya saat ini. Eijkman adalah sejarah. Warisan ilmiah. Salah satu yang terbaik dengan banyak publikasi internasional. Sepatutnya dihormati. Manajemen baru harus mempertahankan cara kerja Eijkman yang sudah terbukti itu," ungkap Zubairi Djoerban. 

Baca Juga: Dody Sudrajat Ayah Vanessa Angel Dikabarkan Tengah Kritis karena Sesak Nafas, Begini Faktanya

Sebelumnya beredar kebingungan status para peneliti yang sudah puluhan tahun bergabung di lembaga Eijkman harus kehilangan pekerjaannya.  

Hal itu juga diungkapkan pemilik akun Kimadea Artmiska di akunnya @artmisk pada 1 Januari 2022.

Ia menjelaskan bahwa pemberitahuan mengenai penggabungan dan pembubaran terlalu singkat. Sehingga syarat-syarat perpindahan pegawai dari Eijkman ke BRIN susah terpenuhi. 

Kimadea Artmiska @artmisk menuliskan dalam sebuah thread di akun twitternya bahwa sekitar 80 persen periset di Eijkman berstatus honorer dengan pendidikan S1,S2 dan S3.

Untuk Periset S3 yang honorer diarahkan mengikuti tes PNS dan PPPK pada 2021 lalu.  

Sedangkan periset S1 dan S2 honorer harus mengikuti skema yang disebutnya masih membingungkan. 

Baca Juga: Eijkman Institute Bubar, Peneliti Dipecat, Hendri Satrio Lontarkan Sindiran ke Budiman Sudjatmiko

"Periset nonS3 dikasi kesempatan utk bergabung di BRIN dg skema degree by research (DBR) dan research assistantship (RA)," ungkapnya. 

Akan tetapi ia menjelaskan bahwa melanjutkan studi S3 bukanlah keputusan yang bisa diambil dalam waktu cepat, bahkan kurang dari 1 bulan. 

"Lanjut studi itu bkn keputusan sekejap. W yakin most if not all eks-staf Eijkman bermimpi utk bs S3. Dg idealisme yg kami pny, ambil S3 itu utk meningkatkan pengetahuan, kompetensi, n networking, bukan sekadar gelar. Masa ((abal2)) ky siapa gitu wkwk," ungkapnya lagi. 

"Jd saat bln Okt kmrn kita dpt kabar “kalau mau stay di Eijkman yg saat ini di bwh BRIN, SEGERA dapatkan LOA di kampus manapun, kami tunggu paling lambat akhir taun”, ya gmn yaa. W tny deh di sini yg udh atau sdg S3: emg ujug2 ya membuat keputusannya dlm waktu < 1 bln?" keluhnya. ***

 

Editor: Tining Syamsuriah

Tags

Terkini

Terpopuler