Grebeg Syawal 2021 Ditiadakan Keraton Yogyakarta Guna Cegah Penularan Covid-19

12 Mei 2021, 07:00 WIB
Sejumlah warga berebut gunungan saat prosesi Grebeg Syawal di Masjid Gede Kauman Yogyakarta pada Rabu, 5 Juni 2019. /Sumber: Antara Foto / Andreas Fitri Atmoko/

SEPUTARTANGSEL.COM – Tradisi Grebeg Syawal 1442 Hijriyah diputuskan ditiadakan Keraton Yogyakarta.

Grebeg merupakan upacara tahunan Keraton Yogyakarta. Biasa diadakan saat hari besar agama Islam.

Grebeg Syawal sedianya berlangsung pada 13 Mei 2021 atau 1 Syawal Jimakir 1954. Tetapi ditiadakan untuk mencegah penularan Covid-19.

Baca Juga: Bentrok Warga dan Aparat di Purworejo, Jawa Tengah, 12 Orang Termasuk 2 dari LBH Yogyakarta Diamankan

Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X di Kompleks Kepatihan mengatakan, "Pokoknya saya tidak mau melakukan yang kira-kira berkerumun.”

Keraton Yogyakarta juga meniadakan acara tradisi lainnya. Termasuk Hajad Dalem Ngabekten atau sungkeman.

Sultan Hamengku Buwono X berharap masyarakat juga mengikuti Keraton Yogyakarta yang menunda sejumlah acara tradisi itu. Dengan menunda berbagai kegiatan yang dapat memunculkan kerumunan.

Baca Juga: Pelari Dibuat Frustrasi, Kirab Obor Olimpiade di Jalan Umum Batal Digelar

"Saya berharap masyarakat juga menunda. Grebeg dan sebagainya juga kami tunda supaya tidak jadi omongan orang," kata Gubernur DIY ini pada Selasa, 11 Mei 2021.

Dikutip dari Antara, Penghageng Kawedanan Hageng Panitrapura Keraton Yogyakarta GKR Condrokirono menyebutkan sejumlah acara tradisi ditiadakan. Tetapi keraton tetap melakukan penyesuaian prosesi pembagian rengginang secara terbatas untuk kalangan internal keraton.

"Rengginang ini juga akan dibagikan ke dua tempat yang berbeda sebagaimana Grebeg pada umumnya, yakni Puro Pakualaman dan Kepatihan," kata Condrokirono.

Baca Juga: Olimpiade Kian Dekat, PM Jepang Malah Bilang Itu Bukan Utama

Ia mengatakan meski arak-arakan gunungan dan prajurit pada Grebeg Syawal tidak diselenggarakan, makna Grebeg itu sendiri tidaklah hilang.

"Meski tidak ada prosesi arak-arakan prajurit dan gunungan, Grebeg tetap tidak kehilangan esensinya. Yakni perwujudan rasa syukur dari raja atas melimpahnya hasil bumi, yang dibagikan untuk rakyatnya," pungkas putri kedua Sultan HB X ini. ***

Editor: Ignatius Dwiana

Tags

Terkini

Terpopuler