Ada Situs Prasejarah Diduga Lebih Tua dari Gunung Padang di Gunung Lawu

20 Oktober 2021, 09:40 WIB
Situs kuno ditaksir berusia jauh lebih tua dari gunung Padang ditemukan di Lereng Gunung Lawu, perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. /Foto: Sukoharjoupdate/Ditya Arnanta/

SEPUTARTANGSEL.COM - Gunung Lawu di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur dikenal menyimpan sejumlah peninggalan prasejarah.

Sebut saja sejumlah candi yang sudah banyak diketahui publik, yakni Candi Sukuh, Cetho dan Planggatan.

Selain itu, ada satu lagi sisa-sisa kontruksi buatan manusia yang diperkirakan usianya jauh lebih tua dari Gunung Padang.

Baca Juga: Yuk, Wisata ke Situs Bersejarah Kebumen Naik Bus Antik Sumber Alam

Peninggalan ini ditemukan tertutup rimbunan pepohonan di atas bukit Paralayang desa Segoro Gunung, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah.

Peningggalan ini diduga kuno karena tumpukan batu tersebut minim ukiran. Hanya berupa batu berbentuk kotak yang disusun seperti punden berundak.

Ukurannya juga diperkirakan lebih luas dan juga besar. Banyak yang meyakini, candi misterius tersebut berdiri kokoh dan saat ini berselimut tanah.

Dikutip SeputarTangsel.Com dari Sukoharjo Update portal di dalam jaringan Pikiran Rakyat Media Network (PRMN), Joko Sunarto yang akrab dipanggil Pak Polet, penemu bangunan yang diduga candi itu mengatakan, jika diukur luas yang ditemukan, sekitar 200 meter persegi.

Bentuk candi jika ditelusur terdiri dari sembilan tingkat (trap). Dan di tiap trap terdapat patirtan (tempat cuci kaki dan tangan sebelum masuk ke candi).

Baca Juga: BRI Peduli Bangun Infrastruktur Penunjang Pariwisata di Pulau Komodo

Belum diketahui bangunan tersebut digunakan untuk apa. Apakah itu candi atau untuk lokasi untuk pemujaan.

"Belum diketahui tempat apa ini. Apakah candi atau tempat pemujaan. Untuk lebih jelasnya biar pihak cagar budaya yang menerangkannya. Karena itu kewenangan dari Cagar Budaya," ungkap Polet saat ditemui di kediamannya, Ngargoyoso, Karanganyar, Minggu 17 Oktober 2021.

Dirinya juga menjelaskan pihaknya secara lisan sudah melaporkan kepada pihak yang berwenang.

Bahkan pihaknya juga sudah melapor kepada Perhutani sebagai pemilik lahan. Namun belum ada respons lanjutan.

Masyarakat sekitar menyebutnya sebagai Candi Ciblek. Karena dahulu saat ditemukan pertama kali ada patung arca batu berbentuk perempuan.

Namun pembuatannya masih kasar. Berbeda dengan relief atau patung di dua candi sebelumnya Sukuh dan Cetho. Namun sayang arca batu tersebut kini hilang.

Baca Juga: Horor! Mahasiswa Yogyakarta KKN di Rumah Kosong Klaten yang Ditinggal Selama 20 Tahun, Begini Ceritanya

Polet juga menjelaskan sebenarnya situs kuno ini ditemukan pertama kali pada tahun 1985.

Saat ditemukan pertama kali kondisinya masih tertutup semak belukar. Jalan menuju lokasi masih berupa jalan setapak yang berupa tanah dan bebatuan.

"Sebenarnya candi tersebut ditemukan pertama kali tahun 1985, dan kondisi ditemukan masih banyak patung berupa arca. Namun lambat laun, patung arca tersebut hilang tak berbekas," jelasnya.

Lokasi penemuan candi kuno, ungkap Polet, hingga saat ini masih sangat minim fasilitas. Baik sarana dan prasarana.

Karena lokasi ini memang belum di buka untuk umum. Meski begitu pemandangan menuju lokasi candi masih sangat asri.

Baca Juga: 7 Tempat Paling Angker di Indonesia: Ada Hotel Mewah Milik Anak Soeharto, Nomor 4 Sering Banget Makan Korban!

Perjalanan menuju lokasi penemuan candi ini melewati perkebunan teh dan dengan jalan tanjakan yang cukup terjal dengan menggunakan sepeda motor atau mobil.

Perjuangan menuju lokasi masih berlanjut. Titik terakhir pemberhentian mobil hanya sampai di lokasi Paralayang Ngargoyoso.

Namun bagi pengguna sepeda motor masih bisa meneruskan perjalanan lagi sejauh kurang lebih satu kilometer. Namun harus ekstra hati-hati karena kondisi jalan yang licin.

Setelah itu perjalanan harus dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 2 kilometer untuk menuju pintu gerbang candi Kuno tersebut.

Banyaknya pepohonan dan ilalang berduri salah satu rintangan yang harus dihadapi.

Baca Juga: Jenis Penyakit Yang Sering Terjadi di Gunung, Pendaki Wajib Tahu

Sampai di lokasi yang terlihat pertama kali adalah tumpukan batu yang menyerupai pintu gerbang. Bentuk candi berupa reruntuhan bebatuan yang bertebaran di beberapa titik.

Selain temuan yang disebut masyarakat setempat dengan Candi Ciblek, di Segoro Gunung ada juga temuan situs baru yang dinamakan Cemoro Pogog.

Masih diperlukan lagi penelitian lebih lanjut oleh tim ahli terkait usia candi purba tersebut.

"Dengan temuan situs baru tersebut menunjukkan dan menguatkan fakta sejarah adanya peradaban purba di atas puncak Lawu," tegas Polet.

Polet menambahkan, masih banyak situs lain yang tersembunyi di perut gunung Lawu. Dirinya hanya membuka beberapa saja.

Baca Juga: Mengenal Jingtiu, Agama Asli Suku Sabu NTT, Penginjil Portugis Menyebutnya Genius atau Kafir dan Tak Bertuhan

Artikel ini telah tayang di Sukoharjo Update dengan judul: "Jejak Pra Sejarah Di Gunung Lawu, Situs Kuno Ditaksir Berusia Lebih Tua Dari Gunung Padang Kembali Ditemukan"

Hanya bagian awal (dasar) yang dibuka. Contohnya adanya batu yang menyerupai altar dan tangga berundak dari bebatuan andesit ada di dalam tanah.

Menurut kepercayaan warga setempat, Situs Cemoro Pogog diyakini sebagai gerbang gaib pendakian ke puncak Gunung Lawu. Di dekat lokasi juga ditemukan sumber mata air yang sangat jernih.

“Selain Situs Cemoro Pogog, ditemukan juga sumber mata air yang sangat jernih dan dinamakan Sendang Raja," pungkasnya.*** (Dita Arnanta/Sukoharjo Update)

Editor: Sugih Hartanto

Tags

Terkini

Terpopuler