Palang Pintu, Tradisi Masyarakat Betawi yang Kagak Ade Matinye

8 Juni 2020, 08:35 WIB
Ngarak penganten lelaki dalam tradisi Betawi sebelum bertemu palang pintu di depan rumah mempelai perempuan. /- Foto: Seputartangsel.com/Taufik Hidayat

SEPUTARTANGSEL.COM - Betawi kagak ade matinye!

Itu yang diyakini warga Betawi di mana pun berada. Adat budaya Betawi tak pernah mereka tinggalkan.

Salah satu yang terus dipertahankan oleh orang Betawi adalah tradisi palang pintu.

Baca Juga: Numpuk! Stasiun KRL Padat Pagi Ini Menjelang Penerapan New Normal

Tradisi ini dikenal sejak zaman dahulu, hingga sekarang. Tradisi Palang Pintu Betawi memang Kagak Ada Matinye.

"Menurut saya bang, sejarah palang pintu itu gini. Balik lagi ke jaman dahulu jaman Ki Benen. Jaman kompeni dulu jaman-jamannya kompeni dia punya tukang pukul yang ngga jauh itu orang-orang pribumi sendiri yang bekerja sama orang belanda sama kompeni. Nah pada saat orang pribumi mau ketemu sama kompeni, dia pasti bakal ketemu sama centeng-centeng atau tukang pukulnya si kompeni ini," tutur Amirullah, pelaku Palang Pintu kepada Seputartangsel.com

Baca Juga: POPULER HARI INI: Mike Tyson Rindu Ibu Hingga Tangsel Simulasi New Normal Padahal Kasus Masih Tinggi

Bagi masyarakat Betawi, tradisi palang pintu bukan hiburan semata.

Namun, ada kandungan makna yang dalam bagi kehidupan sepasang pengantin hingga melahirkan generasi berikutnya.

Tradisi Betawi yang satu ini memang unik dan memiliki kekhasan tersendiri yang menjadi daya tarik bagi masyarakat di luar suku Betawi.

Jawara maen pukul di depan rumah mempelai perempuan.
"Tradisi palang pintu itu bagus dan menarik karena di samping dia itu tradisi dari suatu budaya, dia juga mampu menghibur banyak orang dan banyak keseniannya dari palang pintu ini," lanjut Amir

Di sini lah sebutan Betawi Kagak Ada Matinye. Karena, selain menghibur, tradisi ini memiliki segudang kesenian dan makna tersendiri.

Baca Juga: BNPB: Gempa Magnitudo 6,8 di Morotai Merusak Ratusan Rumah Warga di Enam Kecamatan

"Karena mayoritas orang Betawi itu biasanya cenderung kekeuh pada adat istiadatnya, karena palang pintu itu yang mudah-mudahan mungkin dapat memberi contoh dalam kehidupan ke depannya," ujar H Muslih, Guru Besar Perguruan Silat Selempang Betawi kepada Seputartangsel.com.

Di dalam tradisi palang pintu yang menjadi rangkaian acara pernikahan, diawali pembacaan selawat kepada Nabi Muhammad SAW, diiringi dengan rebana dan penampilan jawara.

Diikuti kemudian degan pembacaan salam, berdialog pantun yang berisi maksud dan tujuan kedatangan, dilanjutkan adu jurus pukulan (silat) untuk membuka palang pintu yang pada akhirnya dimenangkan oleh pihak laki-laki dan diakhiri dengan pembacaan sikeh/mengaji.

Baca Juga: Positif Covid-19 Tambah 6 Orang dan 479 Masih Dirawat, Tangsel Simulasi New Normal

"Sepasang pengantin minta dirayain dalam pernikahannya seolah-olah dia harus minta dikawal dengan adanya budaya palang pintu karena tujuannya supaya si pengantin ini dia merasa meriah," menurut H Muslih.

Masyarakat Betawi menyukai kemeriahan. Dan palang pintu dihadirkan untuk memeriahkan suasana pesta pernikahan.

Di masa kini, tradisi palang pintu juga menampilkan jawara-jawara perempuan. - Foto: Seputartangsel.com/Taufik Hidayat
Sedang pengawalan dari beberapa jawara dimaksudkan untuk menjaga kekompakan.

"Peragaan palang pintu itu mengandung makna bahwa kekompakan mempunyai rasa kesatuan dan persatuan" lanjutnya.

Baca Juga: Update Corona Indonesia 7 Juni 2020: 31.186 Positif 10.498 Sembuh 1.851 Meninggal

Berikut ini tahapan-tahapan dari peragaan palang pintu:

1. Penampilan Jawara
Jawara menghidupkan suasana dan menarik perhatian orang-orang di sekitarnya dengan memperagakan gerakan dan jurus silat yang mereka kuasai.

2. Dialog
Disampaikan oleh seseorang pembicara dari kedua belah pihak untuk menyampaikan maksud dan tujuannya.

Baca Juga: Raisa Gelar Konser Virtual Bantu Masyarakat Terdampak Covid-19

Dengan mengucapkan Assalammualaikum serta menyampaikan niatnya datang ke kediaman mempelai wanita.

3. Berbalas Pantun
Pantun Betawi mengandung banyak humor, digunakan untuk menghidupkan dan mencairkan suasana agar tidak terlalu menegangkan.

Contoh pantun :
“Makan sekuteng di pasar Jumat
Mampirnya noh di pondok Ranji
Eh ini bang aye dateng ame rombongan
Mohon bang diterima dengan senang hati"

Dijawab
“Tape mateng taro lemari
Salam hormat udah pasti orang sini terima
Tapi apa maksud abang dateng kemari”

Baca Juga: Siapkan Tisu, Mike Tyson Temukan Foto Ibunya yang Masih Berusia 20 Tahun untuk Pertama Kalinya!

4. Peragaan Seni Bela Diri/Silat
Peragaan silat jawara dari pihak laki-laki harus bisa mengalahkan jawara dari pihak perempuan. Dan pada pertunjukan tradisi ini pada akhirnya dimenangkan oleh pihak laki-laki.

5. Pembacaan Sikeh/Mengaji
Pembacaan selawat adalah bukti bahwa calon pengantin sudah beribadah kepada Allah serta mengharapkan keberkahan dan pahala atas selawat.

Baca Juga: PSBB Transisi Jakarta, Motor Terkena Aturan Ganjil Genap Kecuali Ojol

Palang Pintu diketahui sebagai tradisi Betawi yang khas sebagai warisan adat istiadat masyarakat Betawi dari zaman dulu.

Namun, peragaan Palang Pintu ini tidak bersifat eksklusif. Sebab, pertunjukan Palang Pintu bisa dilakukan oleh siapa pun yang akan melangsungkan pernikahan, meski bukan berasal dari suku Betawi.

Baca Juga: Hilang Sejak 2017, Haniro Warga Pasar Kemis Terus Dicari Keluarganya

Bahkan, tak hanya dalam acara pernikahan, acara-acara penyambutan tokoh publik pun sering dimeriahkan dengan penampilan Palang Pintu.

"Palang pintu tidak hanya dilakukan pada pernikahan adat Betawi, tetapi juga bisa untuk contohnya penyambutan atau event-event yang diadakan dalam festival dan juga untuk pengawalan pengawalan misalnya Menteri,Gubernur, dan Walikota," ujar H Muslih.(*)

Editor: Sugih Hartanto

Tags

Terkini

Terpopuler