Liz Truss Mundur, Media dan Pemimpin Uni Eropa Tuding Brexit Atas Kegilaan Politik Inggris

- 21 Oktober 2022, 12:14 WIB
PM Inggris Liz Truss mengumumkan pengunduran dirinya Kamis 20 Oktober 2022., Brexit dituding Uni Eropa sebagai penyebab
PM Inggris Liz Truss mengumumkan pengunduran dirinya Kamis 20 Oktober 2022., Brexit dituding Uni Eropa sebagai penyebab /Reuters/ Henry Nicholls//

SEPUTARTANGSEL.COM - Perdana Menteri (PM) Inggris, Liz Truss yang baru menjabat enam pekan atau sekitar 45 hari membuat pernyataan pengunduran diri, Kamis 20 Oktober 2022.

Hal tersebut dilakukan oleh Truss setelah kebijakannya dinilai membelakangi janji kampanye dan mendapat penolakan dari partainya sendiri, Konservatif.

Berita di atas mengejutkan banyak orang, tidak hanya di Inggris.

Baca Juga: Terpendek Masa Jabatannya, Liz Truss Akan Undurkan Diri Jadi PM Pekan Depan

Para pemimpin politik mengungkapkan penyesalan mereka..

"Selalu sedih kehilangan rekan kerja," kata Presiden Prancis, Emmanuel Macron sesampainya di KTT Uni Eropa di Brussels dilansir SeputarTangsel.Com dari Guardian, Kamis 20 Oktober 2022.

Menurut Macron, penting bagi Inggris untuk menemukan kembali stabilitas politiknya dengan cepat.

Presiden/ Taoiseach Irlandia, Michael Martin juga menyatakan simpati yang sama. Menurutnya, Truss mengalami masa yang sulit sebagai PM. Dia pun menunjuk Brexit sebagai salah satu penyebabnya.

Baca Juga: Menteri Keuangan Inggris yang Baru Batalkan Rencana Truss dan Hadapi Ujian Berat

"Masalah telah mengalir dari keputusan itu dan sejak keputusan diambil," ungkap Martin.

"Banyak yang belum memikirkan apa saja pada dasarnya merupakan keputusan politik, dengan implikasi ekonomi dan pasar yang besar," lanjutnya.

Brexit adalah era di mana Inggris keluar secara penuh dari Uni Eropa yang sebelumnya beranggotakan 28 negara, termasuk Prancis, Jerman, Italia, Swedia, Finlandia, dan Irlandia

Keputusan diambil setelah Inggris mengadakan referendum pada bulan Juni 2016. Sebanyak 51,9 persen dari masyarakatnya memilih untuk keluar dari Uni Eropa.

Baca Juga: Parasetamol Sirup Sementara Dihindari, Coba Ini Saat Anak Demam dan Batuk Pilek

Enam bulan kemudian, PM terpilih yang baru Theresa May mengumumkan pilihan tersebut secara resmi.

Pada akhirnya, Inggris baru benar-benar keluar dari Uni Eropa, Januari 2021 pada masa pemerintahan PM Boris Johnson.

"Sejak referendum, pemerintah Inggris telah menunjukkan, dengan bakat yang besar, Brexit hanya membawa Inggris makin jauh dari tanah yang dijanjikan untuk memulihkan kedaulatan dan kebebasan tanpa hambatan," kata Sylvan Kahn dari media La Monde.

"Truss adalah pemimpin Konservatif ketiga, setelah Theresa May dan Boris Johnson yang gagal memenuhi janji Brexit," kata koresponden London, Annete Dittert.

Baca Juga: NCT Dream Pastikan akan Rilis Film Pertama, Bakal Tayang di Bioskop di Indonesia

Dia menjelaskan, kegilaan politik saat ini dimulai pada tahun 2016.

"Pertama, karena Brexit telah merusak ekonomi Inggris begitu lama sehingga setiap ketidakpastian pasar ekstra mengarah pada turbulensi yang jauh lebih besar daripada sebelumnya," ujar Dittert.

"Kedua, karena Brexit dan pemikiran magis yang melekat dari Inggris yang berdaulat yang dapat berjalan dengan caranya sendiri di dunia abad ke-21 yang terglobalisasi, terlepas dari perkembangan internasional, mendai awal dan akhir pemikiran rasional," pungkasnya. ***

Editor: Nani Herawati


Tags

Terkait

Terkini

x