Para Ahli Ragukan Deltacron, Duga Ada Kontaminasi di Lab

- 10 Januari 2022, 22:38 WIB
(Ilustrasi) Sempat Heboh di media sosial, para ahli kesehatan dunia justru malah meragukan adanya deltacron dan menyebut adanya kemungkinan kesalahan teknis di dalam lab.
(Ilustrasi) Sempat Heboh di media sosial, para ahli kesehatan dunia justru malah meragukan adanya deltacron dan menyebut adanya kemungkinan kesalahan teknis di dalam lab. /Foto: Pixabay/SamuelFrancisJohnson/

SEPUTARTANGSEL.COM - Para Ahli kesehatan menyatakan keraguannya pada laporan munculnya varian mutasi Covid-19 baru deltacron, hasil gabungan dari varian delta dan omicron, menyebut adanya kemungkinan kesalahan pemrosesan di lab.

Para peniliti di Siprus akhir pekan lalu telah menemukan sebuah strain yang berpotensi menjadi varian baru. Menurut Boomberg News pada hari Sabtu Leonidas Kostrikis, profesor sains biologis di University of Cyprus telah memberikan nama "deltacron", karena tanda-tanda genetiknya yang menyerupai omicron di antara genom delta.

Dikutip Seputartangsel.com dari CNBC 10 Januari 2022, Kostrikis dan timnya mengatakan mereka telah menemukan 25 kasus mutasi. Dalam laporannya ia menambahkan masih terlalu dini untuk mengetahui apakah ada kasus lebih banyak dari strain baru tersebut atau dampak apa saja yang dapat dihasilkan.

Baca Juga: Ferdinand Hutahaean Ditahan? Jika Tidak, Nicho Silalahi Ajak Rakyat Turun ke Jalan

Laporan tersebut telah dikirimkan kepada GISAID, database internasional yang melacak perubahan pada virus-virus pada 7 Januari 2022 silam.

Meskipun demikian, para ahli menyuarakan keraguan terhadap penemuan ini. Salah satu pejabat WHO dalam tweetnya padah hari Minggu mengatakan bahwa deltacron, yang sempat menjadi trending di media sosial akhir pekan lalu, "tidaklah nyata" dan bisa jadi disebabkan oleh artefak dari proses sequencing, sebuah variasi yang muncul akibat proses non-biologis.

Ahli Covid WHO Dr. Krutika Kuppalli pada Twitternya mengatakan bahwa kasus ini kemungkinan terjadi karena kontaminasi lab yang terdiri dari fragmentasi Omicron dalam sebuah spesimen Delta.

"Mari kita jangan gabung nama-nama penyakit menular, dan biarkan para pasangan selebriti saja yang melakukannya," candanya.

Para ilmuwan lainnya telah bersepakat bahwa penemuan tersebut dapat berupa akibat dari kesalahan di lab. Ahli virus dari Imperial College London, Tom Peacock juga dalam tweetnya menyebut bahwa sequence Deltacron dari Siprus yang dilaporkan beberapa media besar terlihat jelas adalah kontaminasi.

"Beberapa dari kami telah melihat pada sequence itu dan menyimpulkan hal yang sama yaitu tidak terlihat sebagai rekombinan yang nyata," katanya, merujuk pada kemungkinan penyusunan ulang material genetik.

Fatima Tokhmafshan, ahli genetik di Research Institute of the McGill University Health Centre di Montreal Kanada juga menyuarakan hal yang sama. "Ini bukanlah rekombinan, namun lebih kepada kontaminasi lab karena berdasarkan kiriman GISAID dari Cyprus profil clustering dan mutasional nya menunjukkan tidak ada konsensus mutasi," ungkapnya.

Baca Juga: Terbukti Tingkatkan Produktivitas, Panasonic Batasi Waktu Kerja Hanya Empat Hari

Meskipun demikian, ilmuwan yang telah mengumumkan penemuan tersebut telah bersikukuh pada penemuannya. Kepada Bloomberg pada hari Minggu 9 Januari 2022 ia mengatakan penemuannya bukanlah hasil dari kesalahan teknis.

Dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email, Kostrikis mengatakan kasus yang ia identifikasi mengindikasikan adanya tekanan evolusioner kepada ancestral strain untuk mendapatkan mutasi ini dan bukanlah hasil kejadian rekombinan.***

Editor: Ihya R. Azzam


Tags

Terkait

Terkini

x