Korban Pengeboman Drone AS di Afghanistan: Minta Maaf Saja Tidak Cukup!

- 19 September 2021, 00:43 WIB
(Ilustrasi) Pemerintah Amerika Serikat pada Jum'at 17 September 2021 mengakui "kesalahan tragis" dalam serangan drone yang menimpa pekerja kemanusiaan Zemerai Ahmadi dan anggota keluarganya, yang tujuh diantaranya adalah anak-anak.
(Ilustrasi) Pemerintah Amerika Serikat pada Jum'at 17 September 2021 mengakui "kesalahan tragis" dalam serangan drone yang menimpa pekerja kemanusiaan Zemerai Ahmadi dan anggota keluarganya, yang tujuh diantaranya adalah anak-anak. /Foto: Pixabay/TayebMEZAHDIA/

Ia mengatakan bahwa memang benar yang terbunuh di serangan tersebut adalah warga sipil, bukan kelompok ekstrimis Islamic State yang sebelumnya diumumkan.

Serangan bom melalui drone ini diluncurkan setelah sebuah serangan bom bunuh diri oleh Islamic State, kelompok rival Taliban, menewaskan sebanyak 169 warga Afghanistan dan 13 tentara AS di salah satu gerbang menuju bandar udara Kabul.

Selama berhari-hari para warga Afghanistan yang putus asa dan takut akan masa depan di bawah kekuasaan Taliban telah mengerubungi titik-titik pengecekan di luar bandara, berusaha meninggalkan negara di tengah kekacauan pasca perginya pasukan AS dan NATO.

McKenzie telah mengucapkan permintaan maaf atas kesalahan tersebut, dan mengatakan Amerika Serikat sedang mempertimbangkan akan memberikan pembayaran ganti rugi kepada para keluarga korban.

Baca Juga: Arsenal Permalukan Tuan Rumah Burnley, Makin Menjauh dari Zona Degradasi

Emal Ahmadi, yang mendengar ucapan permintaan maaf tersebut dari teman-temannya di Amerika, bersikukuh bahwa itu tidak akan mengembalikan anggota keluarganya.

Meski ia merasakan lega atas ucapan maaf pemerintah AS dan pengakuan bahwa anggota keluarganya adalah warga sipil tak berdosa, ia merasa kesal setelah butuh waktu berminggu-minggu memohon agar mereka berkomunikasi dengan keluarganya.

Sebelumnya di saat bukti-bukti mulai bermunculan, para pejabat Pentagon menegaskan bahwa serangan tersebut telah dilakukan secara tepat, untuk melindungi pasukan Amerika Serikat yang berada di bandara Kabul menjelang kepergian terakhir pada hari berikutnya, 30 Agustus 2021.

Terlihat lelah, sembari duduk di depan sisa mobil Zemerai yang hangus terbakar, Ahmadi mengatakan ia menginginkan lebih dari permintaan maaf dari Amerika Serikat. Ia menginginkan keadilan, yang meliputi penyelidikan mengenai siapa yang melaksanakan serangan.

"Dan saya ingin ia dihukum oleh Amerika Serikat," tuturnya.***

Halaman:

Editor: Ihya R. Azzam


Tags

Terkait

Terkini