Pengungsi Suriah Sebut Eropa Lakukan Standar Ganda: Ukraina Diterima Semua Negara, Kami Masih Ditenda

3 Maret 2022, 10:55 WIB
Pengungsi Suriah di kamp pengungsian Lebanon /Dok. Reuters/

SEPUTARTANGSEL.COM - Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina mendapat begitu banyak sorotan dunia, salah satunya terkait sikap yang ditunjukan berbagai negara yang ada di Benua Biru itu.

Salah satu pengungsi asal Suriah Ahmad al-Hariri, yang melarikan diri ke Lebanon sejak 10 tahun yang lalu karena perang di negaranya, telah menghabiskan satu dekade terakhir dengan harapan sia-sia.

Dirinya berharap dapat melarikan diri menuju kehidupan baru di Eropa, namun hingga kini Ahmad al-Hariri masih berada di pusat pengungsian di tepi Kota Mediterania Sidon.

Baca Juga: 7 Bank Rusia Ini Diberi Sanksi Uni Eropa dalam Transaksi Sistem Perpesanan SWIFT

Sementara itu, saat ini negara-negara Eropa telah membuka tangan mereka untuk membantu ratusan ribu orang Ukraina hanya dalam waktu kurang dari seminggu.

Hal itu lantas membuat ayah tiga anak itu mau tak mau membandingkan nasib mereka, sebagai sesama korban perang.

"Kami bertanya-tanya, mengapa orang Ukraina diterima di semua negara sementara kami, pengungsi Suriah, masih di tenda dan tetap di bawah salju, menghadapi kematian, dan tidak ada yang melihat kami?" kata Hariri dikutip SeputarTangsel.Com dari Reuters pada Rabu, 2 Maret 2022.

Baca Juga: Harga Minyak Tembus 110 Dolar AS pada Kamis Pagi, Imbas Invasi Rusia ke Ukraina

Hariri hingga para aktivis lantas membandingkan reaksi yang ditunjukan negara Barat terhadap krisis pengungsi yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina, dengan 12 juta warga Suriah yang juga menjadi korban perang.

Terlebih, Eropa berusaha menahan pengungsi asal Suriah dan pengungsi lainnya dari negara Arab pada 2015 lalu.

Sedangkan perlakuan yang jauh berbeda saat ini terlihat semakin jelas, di mana empat hari setelah Rusia melancarkan serangannya, Uni Eropa mengklaim bahwa setidaknya 400 ribu pengungsi asal Ukraina telah memasuki blok perbatasan di empat negara Uni Eropa.

Uni Eropa bahkan tengah mempersiapkan langkah-langkah untuk memberikan izin tinggal sementara, serta akses pekerjaan dan kesejahteraan sosial bagi pengungsi asal Ukraina.

Baca Juga: Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky Ajukan Gabung Uni Eropa, Saat Invasi Rusia Berlangsung, Akankah Diterima?

Perdana Menteri Bulgaria Kiril Petkov, bahkan mengatakan Bulgaria akan membantu semua orang yang datang dari Ukraina, di mana ada sekitar 250 ribu etnis Bulgaria di dalamnya.

Sedangkan pada tahun lalu 3,8 ribu warga Suriah mencari perlindungan di Bulgaria dan 1.850 pengungsi diberikan status pengungsi kemanusiaan, tetapi sebagian besar pengungsi hanya melewati Bulgaria ke negara-negara Uni Eropa yang lebih kaya.

Pemerintah Polandia juga sempat mendapat kecaman internasional tahun lalu karena menolak gelombang imigran yang menyeberang dari Belarus, sebagian besar berasal dari Timur Tengah dan Afrika.

Pengungsi asal Suriah bahkan merasa semakin ditinggalkan usai sambutan yang diterima pengungsi Ukraina di wilayah Eropa Timur.

Akan tetapi beberapa pengungsi di Suriah utara, Lebanon dan di Yordania merasa pihak berwenang dari negara-negara Arab yang seharusnya bertanggung jawab atas penderitaan yang mereka alami.

Beberapa mengatakan negara-negara Arab seharusnya berbuat lebih banyak untuk mendukung perjuangan militer melawan Assad, yang tumbuh dari protes rakyat yang meluas terhadap presiden pada tahun 2011 lalu, dan lebih banyak membantu para pengungsi.

"Kami tidak menyalahkan negara-negara Eropa, kami menyalahkan negara-negara Arab," kata pengungsi bernama Ali Khlaif.

"Negara-negara Eropa menyambut mereka dari rakyatnya. Kami menyalahkan saudara-saudara Arab kami, bukan yang lain," sambungnya.***

Editor: Dwi Novianto

Tags

Terkini

Terpopuler