SEPUTARTANGSEL.COM - Baru-baru ini sebuah kabar datang dari Republik Amerika Serikat yang melaporkan terkait laboratorium di Wuhan sebagai asal mula virus Korona.
Berdasarkan laporan tersebut menyebutkan telah ditemukan banyak bukti virus Covid-19 berasal dari Institut Virologi Wuhan (WIV) sebelum September 2019.
Kabar terkuaknya dugaan kebocoran laboratorium di Wuhan itu lantas menarik perhatian sejumlah tokoh dalam negeri, salah satunya adalah mantan Juru Bicara Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Adhie Massardi.
Baca Juga: Covid-19 Varian Delta Serang China, Wuhan akan Uji Semua Penduduk dengan Tes Asam Nukleat
Hal ini telah ditanggapi oleh Adhie Massardi melalui cuitan akun Twitter pribadinya @AdhieMassardi pada Selasa, 3 Agustus 2021
Dalam cuitan, Adhie Massardi mengatakan bahwa dunia akan memastikan pandemi Covid-19 merupakan kesalahan rezim komunis China.
"Pemerintah Talangi. Sesaat lagi dunia akan pastikan Covid-19 100% kesalahan rezim komunis China," tutur Adhie Massardi, seperti dikutip Seputartangsel.com dari cuitannya.
Baca Juga: Covid-19 Dilaporkan Partai Republik AS karena Kebocoran Laboratorium China
Adhie Massardi lantas menyebutkan pemerintah Indonesia dapat segera mengeluarkan dana talangan yang akan diberikan kepada puluhan ribu korban Covid-19 yang meninggal dunia di Tanah Air.
"Maka Pemerintah RI bisa segera keluarkan DANA TALANGAN utk diberikan kpd puluhan ribu rakyat Indonesia korban Covid yg meninggal dunia," tutur Adhie Massardi.
Menurut Adhie Massardi, nantinya pemerintah Indonesia bisa melakukan klaim ke China. Kemudian, akan dibantu oleh pihak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Nanti bisa klaim ke China. WHO akan bantu," ujar Adhie Massardi.
Seperti yang dikabarkan, berdasarkan laporan Partai Republik AS itu menyebutkan telah ditemukan banyak bukti para ilmuwan tengah melakukan penelitian untuk memodifikasi virus korona untuk menginfeksi manusia dan manipulasi hal itu dapat disembunyikan.
Adapun laporan itu juga melaporkan para ilmuwan WIV telah dibantu oleh ahli AS. Pemerintah AS dan China juga diduga terlibat dalam mendanai hal tersebut.
Laporan itu juga membeberkan informasi terkait protokol keselamatan di laboratorium, salah satunya adalah permintaan perbaikan sistem pengolahan limbah berbahaya untuk fasilitas tersebut hingga mencapai USD1,5 juta pada Juli 2019.***